NASRUDIN, KELOLA PESANTREN SESUAIKAN ‘PASAR’

  • 12 May
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

BREBES-Pengasuh Pondok Pesanteren modern Al Falah Jatirokeh, Songgom, Kabupaten Brebes KH Nasrudin melihat saat ini tengah terjadi kegairahan masyarakat golongan ekonomi menengah keatas menitipkan anak-anaknya ke pondok pesantren. Pasalnya terjadi kekhawatiran adanya indikasi system pendidikan nasional yang gagal akibat lebih mementingkan kemampuan akademik. Sementara afektifnya ditinggalkan sehingga melahirkan generasi brutal dengan tingkat moralitas yang luntur.

“Buktinya, pesta kelulusan saja, dirayakan dengan corat-coret dan brutal hingga merugikan diri sendiri dan orang lain,” ujar Nasrudin yang juga mantan anggota DPR RI di sela Khaul ke-28 sesepuh Pesanteren Al Falah Jatirokeh KH Ahmad Tarsyudi, di Pondok Pesantren Modern Al Falah Jatirokeh. Kamis (11/5).

Masyarakat memilih pesantren, karena system pendidikannya 24 jam yang tidak hanya mementikan akademik tetapi juga afektif, kognitif, psikomotorik dan pembentukan karakter yang paripurna,” ujarnya.

Di pesantren, moralitas dijunjung tinggi dengan tingkat kepatuhan yang tinggi kepada Sang Pencipta, Nabi, Pengasuh, ustadz dan keakraban sesama santri. “Saya yakin, Pesantren menjadi solusi utama menciptakan generasi yang berkualitas di era bonus demografi dan zaman keberlanjutannya,” ungkap Nasrudin yang mantan Ketua PC GP Ansor Brebes tahun 1990-an.

Kaji Nas-demikian panggilan karabnya-tengah menerapkan manajemen pasar sebagaimana keinginan masyarakat sekarang. Ketika anak orang kaya yang setiap hari tidur di ruang ber AC, maka pesantren harus menyediakan ruang ber AC pula agar santri tersebut betah. “Keinginan pasar tersebut bagaimana, yang penting tidak meninggalkan tradisi pesantren,” terangnya.

Dalam hal ini, Nasrudin menerapkan system tersebut yang terbukti menjadi daya tarik tersendiri baik bagi santri maupun wali santrinya.

Termasuk persoalan sarana prasarana yang baik dari tempat tidur, makanan dan minuman yang bergizi, tempat olah raga dan tempat-tempat kreatifitas dan inovatif lainnya tersedia sesuai kebutuhan.

Kaji Nas membuktikan, saat ini banyak anak-anak dari golongan menengah ke atas yang mondok di Ponpes Modern Al Falah dengan santri mukim sebanyak 560 santri. Sedangkan santri yang berasal dari lembaga pendidikan yang dikelolanya sebanyak 1.600 santri.

Di Pesantren Modern Al Falah tersedia juga SMP, MTs, SMK, SMA, MA yang dinamakan 45 untuk memenuhi kebutuhan pendidikan formal santri.

Program unggulan Pesantren berupa pembelajaran aktif bahasa Inggris dan Bahasa Arab yang tentu saja tidak meninggalkan kajian kitab-kitab kuning.

“Kami bertekad akan menjadikan Pesantren Modern Al Falah menjadi yang terbesar se Jawa Tengah,” tekadnya.

Nasrudin juga mengaku prihatin dengan munculnya anak-anak punk yang mulai terorganisir meski masih berbentuk crown atau kerumunan. Kehadiran generasi punk sangat meresahkan masyarakat. Untuk itu, dia mendesak kepada aparat pemerintah untuk menertibkan keberadaan Mereka.

Persoalan anak-anak punk yang liar tersebut, bisa jadi mereka membentuk komunitas-komunitas dengan pergulatan aktivitas yang tak mengenal norma dan meresahkan masyarakat.

“Orang tua, mustinya harus jeli tentang arah pergaulan anak-anaknya dan aparat harus menindak tegas dengan membubarkan kegiatan-kegiatan Mereka,” ungkitnya.

Khaul KH Ahmad Tarsyudi dihadiri ribuan masyarakat, wali santri, alumni ponpes dengan pembicara KH Mustahid dari Kota Tegal. (wasdiun)

Berita Terkait