MINORITAS, UMAT HINDU KECAMATAN BANYUDONO HIDUP DAMAI

  • 14 Mar
  • yandip prov jateng
  • No Comments

BOYOLALI – Menjadi minoritas tidak selalu menjadi yang tertindas. Itu menjadi gambaran para umat Hindu di Kecamatan Banyudono yang hidup damai di tengah toleransi masyarakat yang tinggi. Bisa menjadi contoh, dimana kaum minoritas, umat Hindu di Kecamatan Banyudono tetap dapat menjalankan segala kegiatan kepercayaan dan keyakinannya meski mereka hanya berjumlah 400an umat. Menurut Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Banyudono, Parjiyanto, toleransi keagamaan masyarakat di Kecamatan Banyudono sangat baik.

“Bahkan untuk Hari Raya Nyepi pun, kami bisa menjalankannya secara maksimal. Kami tetap bisa menjalankan ritual Nyepi seperti tidak makan, tidak minum, tidak keluar rumah selama 24 jam. Saat itulah sangat terasa toleransi kehidupan di sekitar kami. Dan kami sangat menghargainya,” urainya, Senin (12/3).

Dikatakan Parjiyanto, umat Hindu di Kecamatan Banyudono tersebar di empat desa yaitu di Desa Ngaru-Aru, Jembungan, Bendan dan Ketaon. Salah satu wujud toleransi tinggi tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan ritual Mendhak Tirta yang menjadi agenda tahunan di Kecamatan Banyudono dan dipusatkan di Pura Buana Suci Saraswati Desa Ngaru-Aru.

“Ritual melasti, kalau disini namanya mendak tirta sudah menjadi agenda tahunan. Dan selalu menjadi salah satu bagian budaya masyarakat juga,” tuturmya.

Sementara itu, Pemangku Pura Buana Suci Saraswati Desa Ngaru-aru, Wagino mengakui, Pura Buana Suci Saraswati di Desa Ngaru-aru termasuk salah satu pura besar untuk melakukan acara keagamaan umat Hindu.

“Saya sudah menjadi pemangku pura di sini selama tiga tahun terakhir. Dan pura ini sendiri sudah dibangun sejak tahun 1970an. Selama saya menjalani tugas sebagai pemangku pura inilah, menyaksikan antisias umat Hindu di Kecamatan Banyudono dalam melaksanakan ibadah. Kami memang kaum minoritas, untuk itu kami perlu memperkuat diri dari dalam,” tukasnya.

Di sisi lain, acara ritual Mendhak Tirta terlaksana dengan sukses pada Senin (12/3) siang. Berkumpul di Pura Buana Suci Saraswati, para umat Hindu bersama-sama mengambil air suci dari Umbul Siraman Ndalem Pengging.

Ratusan umat Hindu di Kecamatan Banyudono bersama menjalankan ritual Mendhak Tirta yang diawali dengan kirab dari pura menuju umbul. Setelah kirab dan pengambilan air yang diletakkan di dalam tujuh tempat air khusus, ritual mendak tirta ditutup dengan rayahan gunungan yang terbuat dari berbagai jenis makanan tradisional dan modern.

“Gunungan ini sebagai wujud rasa syukur kami atas segala kebaikan yang telah kami terima dari Hyang Widi selama ini. Secara umum, mendak tirta ini merupakan bentuk dari penyucian diri kami sebagai umat dan alam juga,” ungkap Parjiyanto. (awa)

Berita Terkait