Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Meriah, Pagelaran Wayang Kulit Gayuh Pancer Ratu Tanah Jowo Peringatan Hari Jadi Kota Magelang
- 22 Apr
- Yandip Prov Jateng (2)
- No Comments

KOTA MAGELANG – pagelaran wayang kulit semalam suntuk dalam rangka Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang, di Pendopo Mantyasih, Magelang, Sabtu (19/4/2025) malam hingga Minggu (20/4/2025) dini hari, berlangsung meriah. Masyarakat memadati tempat tersebut, untuk menyaksikan pagelaran dengan lakon “Gayuh Pancer Ratu Tanah Jowo”, yang dibawakan dengan apik oleh dalang Ki Hadi Sukirna dan bintang tamu Mba Asih.
Gayuh Pancer Ratu Tanah Jowo merupakan cerita sarat makna tentang kepemimpinan dan keluhuran budi dalam tradisi Jawa. Sebelumnya, penonton disuguhi penampilan menarik Karawitan Maeraki SMP Negeri 6 Kota Magelang, serta kolaborasi Penari Sanggar Maeraki.
Hadir dalam acara tersebut, Wali Kota Magelang Damar Prasetyono, Wakil Wali Kota Magelang Sri Harso, Sekda Kota Magelang Hamzah Kholifi, jajaran Forkopimda.
Wali Kota Damar menuturkan, pagelaran wayang kulit itu selain memperingati Hari Jadi Kota Magelang, juga sebagai upaya melestarikan seni dan budaya tradisional, sebagai identitas bangsa dan daya tarik wisata.
“Tentu wayang kulit ini budaya masyarakat yang harus dilestarikan,” ujar Damar di sela-sela kegiatan.
Sesuai dengan makna lakon wayang malam itu, Damar mengungkapkan, sebagai seorang yang saat ini diamanahi memimpin Kota Magelang, dia merasa diingatkan oleh pesan luhur dari lakon tersebut.
“Kepemimpinan sejati bukan hanya tentang kedudukan, atau tentang kemenangan dari hasil proses pemilihan. Lebih dari itu, ini juga menyangkut tentang kelayakan batin, tentang integritas, pengabdian, dan kerendahan hati, dalam menjalankan amanah,” tandasnya.
Dikatakan, lakon itu bukan hanya hiburan, namun cermin sekaligus pengingat, dalam setiap peran kepemimpinan ada amanah besar yang tak boleh dilupakan.
Amanah yang dimaksud adalah mengutamakan kepentingan masyarakat, menjaga integritas dan kepercayaan, serta meneguhkan nilai-nilai ‘laku utomo’ (perilaku utama) dalam setiap keputusan yang diambil.
Damar melanjutkan, wayang bukan sekadar pertunjukan semalam. Namun merupakan warisan, petuah, dan pancaran kebijaksanaan budaya nusantara. Maka, dia mengajak untuk terus nguri-uri kabudayan.
Penampilan Ki Hadi Sukirna dengan gaya khasnya berhasil memukau para penonton tanpa mengurangi esensi dari cerita yang disampaikan. Selain sebagai hiburan, acara itu juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi antar warga dan menumbuhkan rasa cinta terhadap seni dan budaya tradisional.
Penulis : Kontributor Kota Magelang
Editor : Ul, Diskominfo Jateng