MECARU, MANUSIA HARUS MAMPU KENDALIKAN ENAM MUSUH

  • 14 Mar
  • yandip prov jateng
  • No Comments

BOYOLALI – Setelah melakukan prosesi Melasthi atau Mendhak Tirta dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940, umat Hindu di Pura Bhuana Puja, Dukuh Tagung Gede, Desa Karanganyar, Kecamatan Musuk kini bersiap melakukan Mecaru. Diawali dengan upacara Butha Yadnya yang menjadi kewajiban Umat Hindu. Butha Yadnya menanti dari berbagai rangkaian sesaji kemudian diletakkan di perempatan jalan atau di lingkungan rumah.

Seperti halnya umat Hindu di Bali atau di Prambanan, umat Hindu di Kecamatan Musuk juga melakukan pawai ogoh-ogoh. Maksud dan tujuan dibuatnya ogoh-ogoh sebagai simbol raksasa atau kejahatan yang wajib dikendalikan manusia. Acara yang dilanjutkan pertunjukan seni tari dan berakhir dengan pembakaran ogoh-ogoh di lapangan Desa Karanganyar.

“Ogoh-ogoh sebagai simbol raksasa atau kejahatan yang wajib dikendalikan manusia. Diawali dengan upacara Butha Yadnya menyambut Tahun Saka 1940 adalah kewajiban umat Hindu bagian dari Yadna,” terang  Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Musuk, Sunarto.

Agenda ini digelar sehari sebelum menjelang hari raya Nyepi atau Tawur Kesanga atau tanggal Jumat (16/3) mendatang dari Pura Bhuana Puja dan diarak di jalan dukuh setempat. Tema pawai ogoh-ogoh kali ini diharapkan Sunarto agar umat Hindu selalu berbahagia dan dijauhkan dari kejahatan-kejahatan yang disimbulkan dengan ogoh-ogoh atau raksasa.

“Setiap Nyepi menjadi agenda tahunan dan tahun ini ada dua ogoh-ogoh yang dibakar sebagai simbol kejahatan yang harus dimusnahkan,” imbuh Sunarto.

Dalam Mecaru akan dilakukan upacara persembahan dan persembahyangan umat secara bersama serta pemberian sesaji. Persembahan tersebut ditujukan kepada makhluk bawahan di sekitar atau roh-roh halus agar dunia ini aman damai dan tenteram.

“Dengan Mecaru manusia agar dapat menjauhkan dari sifat kejahatan di sebut sadhripu Sad itu enam dan ripu itu musuh. Manusia harus dapat mengendalikan enam musuh pada diri manusia itu sendiri,” jelas Sunarto.

Dalam ajaran Hindu, Sadhripu itu berasal dari dalam jiwa manusia yang wajib dikendalikan. Keenam musuh tersebut yaitu Kama atau hawa nafsu; Lobha yang berarti keserakahan; Krodha dimaknai kemarahan. Sementara tiga lainnya yakni Mada atau kemabukan; Moha atau kebingungan dan Matsarya atau iri hati.

Berita Terkait