Kurangi Sampah Organik, Pemkab Semarang Dorong Budidaya Belatung Lalat

  • 04 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

BAWEN – Pemerintah Kabupaten Semarang mendorong budidaya maggot (belatung lalat) yang efektif mengurai sampah organik. Terlebih, umur ekonomis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Blondo yang menjadi andalan kabupaten tersebut tinggal dua tahun.
Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan Daerah (Barenlitbangda) Anang Dwinanta membeberkan, budidaya maggot pemakan sampah secara massal, tak hanya mengurangi jumlah sampah organik yang terus meningkat. Belatung dari lalat jenis Black Soldier Fly (BSF) itu memiliki nilai ekonomis tinggi karena bisa menjadi pengganti pakan ternak.
“Sehingga menjadi solusi tingginya harga pakan ternak, sekaligus mengurangi jumlah sampah organik. Umur ekonomis TPA Blondo ini tinggal dua tahun. Dengan inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi pengurangan dan pengolahan sampah organik,” katanya disela-sela acara Kaji Terap budidaya Maggot BSF di aula Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Blondo, Bawen, Minggu (3/11/2019) pagi.
Ditambahkan, upaya tersebut juga sebagai tindak lanjut Kongres Sampah beberapa waktu lalu, yang salah satunya mengubah sampah agar membawa berkah bagi warga. Saat ini Barenlitbangda dan Relinko telah mengawali budidaya belatung BSF di TPA Blondo. Nantinya, akan disediakan telur BSF yang menjadi cikal bakal belatung bagi peserta sosialisasi yang berminat membudidayakannya. Anang berharap budidaya itu dapat menjadi kegiatan produktif di desa, dengan menggandeng Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Wakil Bupati Semarang Ngesti Nugraha mendukung budidaya belatung BSF yang melibatkan warga ini. Dengan begitu warga dapat berperan mengolah sampah organik yang dihasilkannya sebagai pakan belatung BSF.
 “Mencari lahan pembuangan sampah baru (sebagai pengganti TPA Blondo) butuh biaya mahal. Budidaya belatung BSF ini bisa menjadi inovasi mengolah sampah sekaligus memberdayakan ekonomi warga,” tegasnya.
Salah seorang anggota Relinko, Sugiyarto menjelaskan selama ini sampah organik hanya diolah menjadi kompos. Lewat budidaya belatung BSF, selain kompos juga dapat menghasilkan uang dari penjualan belatung dan telur BSF. Sebab kotoran yang dihasilkan dari budidaya belatung atau dikenal dengan kasgot juga berfungsi sama dengan kompos.
“Teman-teman Relinko telah membudidayakan belatung BSF ini di TPA Blondo. Tempat ini dipilih karena sumber makanan belatung yakni sampah organik sangat berlimpah,” terang Sugiyarto.
Dia berharap sosialisasi budidaya belatung BSF ini dapat dilaksanakan hingga ke tingkat desa. Sehingga nantinya sampah organik dapat diolah sendiri tanpa harus dikirim ke TPA Blondo.
Penulis : Junaedi, Diskominfo Kab Semarang
Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait