KEMATIAN DUA BALITA BUKAN KARENA GIZI BURUK

  • 27 Jul
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

TEGAL – Pemerintah Kota Tegal turut berduka dan prihatin atas meninggalnya dua orang balita, Azka Febrian (38 bulan) dan Puput Amalia (9 bulan), beberapa hari lalu.

Kematian dua orang balita yang diberitakan akibat gizi buruk (Radar Tegal 26/7) mendorong Dinas Kesehatan untuk meneliti lebih jauh kebenarannya. Tim yang diterjunkan untuk menelit26/7) mendorong Dinas Kesehatan untuk meneliti lebih jauh kebenarannya.

Usai melaksanakan tugasnya, Tim yang diterjunkan untuk melakukan penelitian tersebut menyatakan bahwa kematian dua balita tersebut bukan disebabkan gizi buruk, melainkan karena memiliki penyakit bawaan.

Hal ini disampaikan oleh Plt. Ka. Dinas Kesehatan Kota Tegal, DR. Dr. Suharjo, MM. “Kami sudah menugaskan Tim untuk meneliti penyebab kematian dua balita tersebut. Dan ternyata ternyata penyebab kematiannya bukan karena gizi buruk, tetapi karena memiliki penyakit bawaan”.

Menurutnya Azka Febrian, warga RT 01/05 Kel Slerok dan Puput Amalia, warga RT 01/03 Kel. Kalinyamat kedua mengalami kelainan jantung bawaan sejak lahir.

“Berdasarkan hasil penelitian Azka dan Puput meninggal karena memiliki kelainan jantung sejak lahir. Ini bisa dilihat pada penjelasan medis untuk Penyakit jantung bawaan (PJB). Ada dua kelompok, yaitu PJB sianotik dan asianotik”.

“Umumnya penderita PJB bermasalah dengan status gizi dan pertumbuhan fisik, khususnya pada bayi dan anak. Status gizi penderita jantung bawaan dipengaruhi masukan nutrient, kebutuhan energy, komponen diet, kondisi prenatal seperti gangguan pertumbuhan intrauterine, kromosom yang abnormal” ujar Suharjo.

Pada beberapa kasus bisa saja penderita PJB memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal, tetapi ia tetap memiliki resiko yang besar untuk jatuh kedalam keadaan nutrisi buruk.

Anak dengan PJB sering menunjukan pencapaian berat badan yang tidak baik dan keterlambatan pertumbuhan.

“Malnutrisi pada penyakit jantung menyebabkan kegagalan perkembangan. Karena asupan nutrisi yang tidak adekuat dan gangguan absorbsi. Hal inilah yang terjadi pada kasus kematian balita tersebut diatas,” tambahnya.

“Padahal Pemerintah telah melakukan upaya penatalaksanaan Gizi pada dua balita Tersebut. Dinas kesehatan telah memberikan penanganan berupa pemberian makanan tambahan pemulihan selama 90 hari, upaya rujukan kerumah sakit, rujukan berjenjang dari puskesmas ke RSUD Kardinah dan RSUP Karyad. Tapi Tuhan berkehendak lain,” pungkas Suharjo.

Berita Terkait