Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Jangan Kucilkan Orang dengan Gangguan Jiwa
- 26 Oct
- yandip prov jateng
- No Comments

KEBUMEN – Selain pengobatan medis, perhatian dan empati diperlukan untuk mendukung kesembuhan para penderita kasus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi tersebut diharapkan dapat menurunkan kasus ODGJ di wilayah Kebumen.
Demikian dijelaskan oleh Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto, dalam acara Gelar Wicara dalam rangka Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) Tahun 2021, di Mexolie Hotel, baru-baru ini. Menurutnya, angka kasus ODGJ di Kebumen masih tergolong tinggi, yakni sebanyak empat ribu jiwa per September 2021. Jumlah tersebut menempatkan Kebumen dalam lima besar tertinggi di Jawa Tengah.
“Penderita ODGJ di Kebumen ini masih (ranking) lima besar di Jateng. Sebelumnya, tahun 2013 masuk (peringkat) tiga besar, alhamdulillah sekarang sudah membaik. Mengatasi ini kita memang harus turun langsung, mendekati mereka,” ujar Bupati Arif.
Bupati meminta kepada semua pihak untuk memberikan rasa empati kepada para ODGJ.
“Jangan dikucilkan ataupun di-bully, tapi dekati mereka, sentuh dengan hati, dan berikan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Karena jika dirawat, para ODGJ ini masih ada harapan untuk sembuh,” bebernya.
Arif meyakini pemerintah dan masyarakat harus hadir bersama untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pihaknya juga telah memberikan ruang pengobatan kepada penderita ODGJ di sejumlah rumah sakit. Bupati pun meminta masyarakat untuk segera membawa anggota keluarganya ke fasilitas pelayanan kesehatan khusus kejiwaan apabila terdeteksi menderita gangguan kejiawaan.
“Jangan nunggu sampai parah baru dibawa ke dokter. Kalau keluarga sudah merasakan anggotanya ada indikasi kena ODGJ harus cepat dibawa ke dokter. Rumah sakit pemerintah sudah memberikan fasilitas, baik terapi obat maupun psikisnya,” terang Bupati.
Bupati menyebut, banyak ODGJ di Kebumen masih tergolong usia muda. Penyakit tersebut terjadi biasanya karena adanya ekspetasi yang tinggi dalam diri penderita, tapi tidak terwujud. Selain itu, tekanan ekonomi, masalah pribadi atau keluarga, serta faktor genetik.
“Parahnya lagi, para ODGJ ini juga punya potensi untuk melakukan bunuh diri. Ini yang harus betul-betul diawasi oleh pihak keluarga. Menghadapi mereka memang pendekatannya harus dari hati, jangan dikerasin, pasti akan berontak,” tandasnya.
Penulis: Tim Diskominfo Kebumen
Editor: Tn, Diskominfo Jateng