Jamasan Keris Jangan Dihakimi sebagai Hal Klenik

  • 18 Jul
  • Yandip Prov Jateng (2)
  • No Comments

SRAGEN – Upaya pelestarian keris sebagai warisan budaya tak benda, terus diperkuat melalui pendekatan ilmiah dan tradisi. Salah satunya diwujudkan dalam Workshop Saintifikasi Warisan Budaya: Konservasi Pusaka, yang diselenggarakan di Pendopo Sumonegaran, Rumah Dinas Bupati Sragen, Kamis (17/7/2025).
Kegiatan yang diinisiasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sragen ini, menghadirkan berbagai narasumber ahli, mulai dari, empu keris, pegiat budaya, guru hingga puluhan pelajar Kabupaten Sragen.
Melalui workshop ini, para peserta tak hanya dibekali ilmu pengetahuan tentang konservasi keris, namun juga teknis jamasan oleh para praktisi dan akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, serta dari Museum Keris Brojobuwono, Gondangrejo, Karanganyar.
Kepala Disdikbud Kabupaten Sragen, Prihantomo dalam sambutannya menyampaikan, sertifikasi warisan budaya keris menjadi langkah penting, untuk memastikan pelestarian keris dilakukan secara ilmiah dan berkelanjutan.
“Keris bukan hanya pusaka sakral, tetapi juga karya seni dan sains metalurgi tinggi warisan leluhur. Jadi, harus dirawat sebagai budaya, harus dipelihara bukan sebagai sesuatu yang menakutkan menyeramkan. Bayangan kan begitu ya, kalau lihat keris itu menakutkan dan menyeramkan,” terang Prihantomo.
Ia berharap, melalui workshop saintifikasi warisan budaya ini, persepsi generasi muda khususnya Generasi Z (Gen Z) tentang keris dapat diarahkan ke pelestarian budaya, penghargaan sejarah, dan upaya konservasi yang berbasis ilmu pengetahuan.
Selain workshop tentang konservasi keris, Prihantomo mengatakan, ada diklat seni fotografi yang diharapkan dapat mengeksplorasi aktivitas konservasi Keris/ Pusaka sebagai materi karya fotografi.
“Melalui seni media fotografi (salah satu subsektor industri kreatif) dapat menghantar wacana alternatif, bahwa warisan tradisi jamasan pusaka sejatinya di era modern adalah pengetahuan tentang konservasi karya budaya berbasis material logam. Tidak berhenti dan terjebak pada stigma kuno, mistis, dan kejumudan intelektual,” lanjutnya.
Sementara Kabid Kebudayaan Disdikbud Sragen, Johny Adhi Aryawan, menjelaskan bahwa Pemkab Sragen melalui Disdikbud, ingin mengenalkan warisan budaya Jawa tentang jamasan pusaka keris dari sisi seni estetik, filosofi, serta sains, fisika, kimia dan melaturgi kepada pelajar dan guru.
Dengan menghadirkan guru dan pelajar sebagai peserta workshop, Johny berharap mereka dapat mengetahui nilai sains dalam jamasan keris, dan di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan luar biasa. Seperti jamasan yang ternyata melibatkan unsur pengetahuan kimia ketika menggunakan bahan-bahan untuk membersihkan logam.
Dalam jamasan keris itu, lanjut Johny, bisa mengetahui tentang material logam-logam yang termuat dalam metalurgi.
“Bagaimana reaksi kimia bahan dengan logam ketika prosesi jamasan. Kegiatan ini dipadukan dengan diklat fotografi yang juga menghadirkan narasumber dari ISI Surakarta. Harapannya, diklat fotografi dapat mengambil materi objek dari prosesi konservasi keris. Hasilnya bisa dipublikasikan. Jamasan keris jangan dihakimi sebagai hal yang klenik dan irasional,” jelas Johny.
Johny menegaskan, generasi sekarang perlu memahami keris sebagai warisan budaya, bukan semata-mata benda mistis.
“Keris memang memiliki nilai spiritual dan filosofi mendalam, tetapi kita harus menekankan kepada generasi muda bahwa keris adalah karya seni budaya dan teknologi metalurgi tinggi pada masanya. Jangan sampai keris hanya dipersepsikan sebagai benda mistis, padahal ia adalah simbol kebijaksanaan, keberanian, dan identitas budaya yang harus kita lestarikan bersama,” ujarnya.

Penulis : Miyos/Yuli_DiskominfoSragen
Editor : WH/DiskominfoJtg

Berita Terkait