JADAH MBAH KARTO; OLEH-OLEH KHAS SELO SEJAK TAHUN 1940AN

  • 08 Mar
  • yandip prov jateng
  • No Comments

BOYOLALI – Kecamatan Selo yang dikaruniai dengan pesona alam pegunungan yang menggoda setiap wisatawan.Keberadaan Gunung Merapi dan Merbabu dan berbagai tempat serta daya tarik wisata lainnya mampu menarik wisatawan untuk berkunjung. Sudah identik sebuah tempat wisata memiliki ciri khas baik cinderamata maupun kulinerkhas wilayah setempat. Jadah menjadi hidangan khas Selo yang sudah terkenal sejak lama. Tidak jauh dari Kantor Kecamatan Selo, dapat dijumpai dengan mudah beberapa kios yang menjual makanan jadah khas Selo.

Kudapan yang berbahan dasar beras ketan yang dicampur dengan kelapa ini sangat menggoda wisatawan untuk menikmati dan membeli untuk dijadikan buah tangan. Disajikan bersama kelapa parut dengan bumbu rempah yang lebih dikenal dengan nama serundeng, jadah ini cocok untuk dinikmati saat minum kopi atau sembari menikmati udara dingin Selo.

Salah satu kios jadah Selo yang melegenda hingga sekarang yakni kios Jadah Mbah Karto yang kali pertama menjajakan menu ini. Dijelaskan oleh generasi kedua Mbah Karto, Suti bahwa jadah produk dari Mbah Karto sudah berjualan sejak puluhan tahun yang lalu tepatnya tahun 1940an. Meskipun demikian, lanjut Suti bahwa saat ini terdapat penjual lain yang menjajakan jadah juga.

“Sudah berjualan jadah sejak Mbah Karto usia 17 tahun,” jelas Suti saat ditemui di kiosnya, Rabu (7/3).

Suti menambahkan jadah dengan tekstur legit, tidak terlalu keras maupun lembek, cocok dikonsumsi anak kecil maupun dewasa. Cara penyajian yang ditaburi kelapa parut berbumbu tadi, jadah siap untuk disantap. Dalam sehari, Suti bisa menghabiskan puluhan kilogram (kg) beras ketan.

“Setiap hari kita bisa menghabiskan sekitar 30 kilo beras ketan. Per kotak kita jual dengan harga Rp 25.000 yang berisi sembilan potongan jadah lengkap dengan serundengnya, masih terjangkau,” ungkap Suti.

Masyarakat setempat, biasa menikmatinya bersama tempe bumbu bacem atau ayam bumbu kecap sebagai hidangan makan siang. Sedangkan saat dicampur dengan bumbu kelapanya, rasa gurih, pedas, asin, bercampur di mulut. Bumbu kelapa tersebut mirip dengan bumbu dendeng, dengan didominasi gurih dan pedas rempahnya.

Selain jadah, Suti juga memproduksi menu lain menggunakan beras ketan yakni wajik. Berbeda dengan jadah, wajik ini diolah dengan santan dan gula merah. Jadi berwarna coklat mengkilap dan rasanya manis.

Berita Terkait