INOVASI DAN TEKNOLOGI UNTUK KONSEP PENATAAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

  • 07 Jun
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

MAGELANG-Inovasi dan teknologi yang diterapkan untuk konsep penataan dan pengelolaan lingkungan oleh Pemkot Magelang menuai pujian dari tim penilaian Adipura di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (6/6/2017). Sebab, dengan kondisi geografis sempit, yakni hanya 18,12 km persegi, kota berjargon “Sejuta Bunga” itu justru mampu menampilkan inovasi menawan yang menarik perhatian ihwal penataan kota dan lingkungan daerah.
“inovasi dan teknologi tentu sangat dibutuhkan untuk mendukung penataan lingkungan, terutama pengelolaan sampah. Namun, inovasi ini harus dikembangkan agar ke depan, jumlah sampah bisa terus terkurangi,” kata Dr Connie Rahakundini, salah satu anggota tim penilai.
Ia mengatakan, cara mengelola sampah tidak hanya mencakup pengurangan sampah secara fisik saja, tetapi juga komitmen pemerintah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar senantiasa membudayakan hidup bersih.
Sementara itu tim penilai lainnya, Prof. Rumawan Salain, menyampaikan pentingnya pemkot magelang untuk mengarahkan warganya agar makin sadar mengelola sampah. Tidak hanya mengandalkan pemerintah saja, namun dituntut untuk lebih aktif dan inovatif menata lingkungan.
 “Kota Magelang punya visi sebagai kota cerdas, jangan hanya wujud fisik kotanya yang bagus, tetapi ada konsep warga yang cerdas (smart people) di dalamnya. Artinya, smart people mencakup seluruhnya program pemerintah dalam mengajak masyarakat untuk sadar dan cerdas,”ujar Prof Rumawan.
Penilaian dari tim ini diikuti beberapa daerah yang masuk nominasi peraih piala Adipura tahun 2017. Adapun Walikota Magelang, Sigit Widyonindito juga berksempatan untuk memberikan paparan inovasi dan kondisi yang diterapkan di daerahnya.
Menurut Sigit, program penataan lingkungan menjadi perhatian serius sejak lama di kota kecil ini. Itu sudah konsekuensi Kota Magelang, karena tidak ada sumber daya alam (SDA) yang dapat diandalkan. Sehingga pergerakan kota dan masyarakatnya mayoritas menawarkan jasa sebagai pengopang utama perekonomian. Dari pergerakan inilah kemudian muncul sisi inovatif dan kreasi dari warganya terkait masalah sampah dan lingkungan.
“Masyarakat punya rasa memiliki kotanya. Kelihatan kotor sedikit saja sudah langsung dibersihkan, tidak ada yang nyuruh. ‘Masyarakat sudah sadar betul bahwa sampah bukanlah musuh, karena sekarang ternyata sampah bisa diubah menjadi rupiah. Itu yang diterapkan di kota kecil kami’. Saya katakan seperti itu di hadapan tim penilai,” kata Sigit saat dihubungi melalui telepon selulernya.
Di hadapan tim penilai, Sigit juga menjelaskan bahwa kesadaran masyarakat, menjadi salah satu upaya pembangunan SDM. Kini, Kota Magelang sudah memiliki 96 titik bank sampah, tersebar di 17 kelurahan yang ada. Jumlah itu memiliki sekitar 3.000 nasabah bank sampah aktif.
Selain bank sampah, lewat program TPST sampah yang diangkut ke TPA berhasil dikurangi beberapa persen. Pemkot pun terus menambah jumlah TPST, hingga tahun 2017 akan memiliki 4 di lokasi yang berbeda.
“Sekarang sarana dan prasarana sudah beres, lengkap dengan alat-alat pengangkut, pengelola sampah. Nah, tugas kita sekarang menjaga konsistensi kesadaran masyarakat supaya tetap menjaga kebersihan sehingga akan terus terjadi keseimbangan antara perilaku masyarakat dan komitmen pemerintah,” kata Sigit.
Ia mengatakan, banyaknya inovasi yang diciptakan terkait penataan lingkungan juga karena adanya andil besar dan peranan masyarakat. Dukungan tersebut kemudian berubah menjadi spirit kebersamaan untuk senantiasa menjaga lingkungan dengan baik.
“Inovasi dan terobosan yang kami lakukan itu karena peran serta masyarakat. Kita tidak bisa sendirian. Tentunya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat jadi modal utama menata lingkungan daerah,” tandasnya.
Keterlibatan masyarakat tersebut, menurut Sigit, sudah diwujudkan melalui program pemerintah. Strategi ini diterapkan untuk merangsang warga memunculkan ide dan pemikiran cemerlang mereka. Salah satu wadah yang dilakukan pemkot adalah melaksanakan lomba kreativitas dan inovasi masyarakat (Krenova) serta riset unggulan daerah, yang diselanggarakan oleh Balitbang Kota Magelang.
“Banyak teknologi terapan ramah lingkungan yang muncul dari lomba tersebut. Ini menjadi stimulus bagi warga untuk semakin berkreasi dan inovasi, utamanya yang betmanfaat bagi pengelolaan lingkungan,” ujarnya.

Berita Terkait