Indeks Kerukunan Umat Beragama Kota Naik 4 Persen Lebih

  • 21 Oct
  • yandip prov jateng
  • No Comments

TEGAL – Nilai indeks kerukunan umat beragama di Kota Tegal mengalami kenaikan, selama dua tahun berturut-turut, yakni sekitar 4,93 persen.

Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono, menyampaikan, pada 2020, nilai indeks kerukunan umat beragama di wilayahnya mencapai 67,46 persen. Lalu, pada 2021, nilai tersebut naik menjadi 72,39 persen.

 

Menurutnya, angka tersebut menunjukan tingginya tingkat toleransi beragama oleh masyarakat Kota Tegal. Hal ini juga dapat dilihat dengan minimnya konflik yang disebabkan masalah keagamaan di Kota Tegal.

 

“Hal ini tentunya harus terus kita pertahankan dan kita tingkatkan. Dan, momen Hari Santri Nasional ini bisa kita manfaatkan untuk senantiasa mengingatkan kembali pentingnya toleransi, dalam menjaga kerukunan antarumat beragama di masyarakat kita,” jelas Dedy Yon, pada acara Sarasehan Kebangsaan dalam Rangka Peringatan Hari Santri Nasional Kota Tegal tahun 2022, di Ruang Adipura Komplek Balai Kota Tegal, beberapa hari lalu.

 

Menurut Dedy Yon, pada hakikatnya para santri adalah pemuda dan pemudi yang tengah berjuang dalam menuntut ilmu. Mereka, dengan pemikiran kritis yang masih berkembang, mengamati apa saja yang sedang terjadi di sekitar mereka, dan memikirkan apa yang bisa diperbuat untuk bangsa dan negara Indonesia lebih maju dan sejahtera, di masa yang akan datang.

 

Bijak di Era Digital

Sementara itu, di Kota Pekalongan, Wakil Wali Kota (Wawalkot) Pekalongan, Salahudin, mendorong santri untuk menggunakan keunggulan spirit agama yang diajarkan pondok pesantren, dengan dasar Alquran untuk menghadapi era digital dengan bijak.

 

“Menghadapi era digital yang sekarang serba cepat, mereka harus mengombinasikan antara kitab klasik yang tercetak dan kemudahan teknologi untuk mendapatkan sumber ilmu yang handal,” tuturnya dalam kegiatan seminar Hari Santri Nasional, di ruang Jlamprang kantor Setda setempat, Kamis (19/10/2022).

 

Wawalkot Salahudin juga mengajak para santri untuk memahami bahwa lahirnya bangsa dan negara Indonesia didasari perjuangan, antara lain dipelopori oleh tokoh- tokoh agama.

 

“Sejarah harus digaungkan karena generasi berganti. Santri sekarang harus tahu perjuangan santri pendahulunya yang sudah meninggal, maupun yang sudah jadi kiai. Sekarang, ketika negara sudah berdiri kita berharap para santri menjaga negara ini dengan ilmu yang dimiliki,” sambungnya.

 

Senada, ketua panitia festival HSN 2022, Muhlisin mengungkapkan salah satu kebanggan bagi para santri yaitu didapatnya pengakuan dari pemerintah daerah bahwa kehadiran santri tidak lagi dimarjinalkan. Salah satunya dibuktikan dengan diakuinya pondok pesantren sudah sebagai lembaga pendidikan yang kompeten.

Ia berharap, para santri memahami sejarah berdirinya negara ini agar menumbuhkan rasa cinta tanah air.

 

“Jangan sampai ada santri yang tidak cinta pada negara dan dibutuhkan kontribusi besar dari santri, di masa depan,” ujarnya.

 

Penulis: Imon, Kontributor Kota Tegal/ Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan
Editor: Tn, Diskominfo Jateng

Berita Terkait