GURU PAUD/TK HARUS LEBIH ASYIK DAN MENYENANGKAN

  • 21 Jul
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

JEPARA-Menjadi guru PAUD/TK tidaklah mudah, selain bekerja dengan sabar dan sepenuh hati mereka juga dituntut untuk dapat menciptakan proses belajar yang asyik dan menyenangkan di dalam kelas. Hal ini disampikan motivator PAUD/TK Deden Hamsya dalam halal bihalal dan workshop yang diselenggarakan oleh PAUD Averroes Bangsri, Kamis (20/07/2017) di Pendopo kabupaten Jepara.
Ketua Yayasan Averros Hindun Annisah mengatakan kegiatan motivator bagi guru TK ini, diikuti sekitar 350 peserta perwakilan TK/PAUD se Kabupaten Jepara. Namun ada pula mereka yang sengaja datang dari luar kota seperti Kabupaten Rembang dan Pati. “Dari jumlah peserta sebenarnya kami batasi tiga ratus guru, namun yang hadir lebih dari tiga ratus lima puluh” ujarnya.
Dikatakan, melalui pembelajaran guru asyik dan menyenangkan (Gurame) ini, mereka akan lebih kreatif saat berda di dalam kelas. Termasuk bekal pembelajaran, game (permainaan) bagi anak PAUD/TK, lagu anak anak, serta tari tarian. “Kita memberikan motifasi agar mereka bisa lebih, asyik dan menyenangkan saat berada di dalam kelas”ujarnya.
Hindun menilai, saat ini banyak guru PAUT/TK yang masih belum menguasai tentang pembelajaran yang asyik di dalam kelas. Termasuk bekal lagu-lagu, hingga gerak tubuh anak. “Kita sadari saat ini kita masih krisis lagu anak anak, untuk  itu mereka juga harus bisa kreatif merangkai lagu anak anak yang mudah diingat dalam proses pembelajaran. “Model pembelajaran saat ini, tidak seperti zaman dulu tetapi harus lebih asyik, kreatif dan menyenangkan” uajrnya. 
Smentara itu, Deden Hamsya, untuk menjadi seorang tenaga pendidik tidak cukup hanya bermodalkan niat saja, namun harus disertai dasar ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain itu, lanjut dia, harus dibekali bagaimana mengimplikasikan segala instrumen yang ada. “Anak-anak lebih senangnya ‘kan bermain. Namun bagaimana seorang guru memanfaatkan instrumen-instrumen tersebut supaya di dalam permainan itu lebih dominan nilai-nilai pendidikannya. Selain itu, perlu juga seorang guru menguasai panggung atau banyak gerak, ujarnya.
Dipraktekkan dalam metode Deden, misalnya saat guru mengabsen siswa saat masuk ke dalam kelas. Jika zaman dulu mereka (siswa, red) duduk di bangku dengan rapi dan dipanggil satu persat unamanya, kemudian sang anak mengacungkan jarinya ke atass ebagai bukti kehadiran. Saat ini para guru bisa memprktekkan dengan menggunakan metobe baru atau disertai dengan nanyian dan gerak tubuh. Sehingga anak anak akan menjadi lebih percaya diri di dalam kelas.  
Kemudian, guru juga harus menghindari kesalahan dalam menyampaikan materi. Misalnya, guru sering mengucapkan kata yang tidak pantas, seperti ‘bodoh’ dll. H itu pasti berpengaruh besar terhadap perkembangan anak didik “Jangan sekali kali mengatakan anak kita bodoh. Menjadi guru harus selalu hayyin (rendah hati)” ujarnya.   

Staff ahli bupati Jepara Bambang Slamet Raharjo memberikan apresasi terhadap kegiatan ini, Dikatakan, saat ini kesadaran amsyarakat akan budaya pendidikans emain tinggi. Salah satu menjadi tantangan bagi para guru dan yaysan untuk mengelola lembaga penididikan untuk mengawal perkembangan anak yang berkualitas dan berakhlakul karimah.” Diharaokan kulaitas anak didik ini akan semaki baik” ujarnya (Ardiansyah)
Dikirim dari ponsel cerdas Samsung Galaxy saya.

Berita Terkait