Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Guru di Banyumas Didorong Tingkatkan Kompetensi Sosial Emosional
- 22 Jan
- Yandip Prov Jateng (1)
- No Comments

BANYUMAS – Kompetensi sosial dan emosional guru serta metodologi pembelajaran, menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan penerapan deep learning, alias pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pengalaman belajar mendalam dan bermakna bagi siswa.
Hal itu ditekankan Penjabat (Pj) Bupati Banyumas, Iwannudin Iskandar, saat Seminar Pendidikan Nasional, dengan tema “Quo Vadis Kompetensi Sosial Emosional Guru pada Era Deep Learning”, di Auditorium Ukhuwah Islamiyah Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Selasa (21/1/2025).
Menurut Iwan, kompetensi sosial emosional guru, memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang penuh kesadaran, penuh makna, dan menyenangkan, (mindful, meaningful, and joyful).
“Guru yang memiliki kompetensi sosial emosional yang kuat, akan lebih mampu memahami kebutuhan siswa, membangun hubungan yang harmonis, serta menciptakan dinamika kelas yang kondusif,” ujarnya.
Iwan berharap, para guru dapat melahirkan gagasan-gagasan baru, strategi inovatif, dan praktik terbaik yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan di Banyumas.
Senada, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, dalam paparannya, menjelaskan, deep learning, alias pembelajaran secara mendalam, memiliki tiga elemen utama yang menjadi pondasi dalam menciptakan proses belajar yang lebih efektif, yaitu mindful learning, meaningful learning, dan joyfull learning.
“Mindful learning merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya kesadaran penuh terhadap keadaan siswa, proses pada pembelajaran memperhatikan pikiran dan emosi saat belajar, serta mengurangi gangguan eksternal. Ada kedalaman dalam pendekatan belajar, jadi tidak sekadarnya,” katanya.
Selanjutnya, pendekatan kedua yaitu metode meaningful learning, adalah sebuah pembelajaran yang tidak hanya mengutamakan penguasaan materi secara mekanis, tetapi juga bagaimana siswa dapat menghubungkan informasi baru, dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Proses ini mendorong siswa untuk menemukan relevansi dari materi, yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat lebih mudah memahami dan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.
“Ini kebermaknaan belajar yang menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata, menemukan relevansi tujuan belajar, serta membangun pemahaman yang mendalam. Jadi, (ini) mendekati pada ketuntasan,” kata Prof Atip, sapaan akrabnya.
Ditambahkan, pendekatan selanjutnya adalah joyfull learning, yang menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, penuh rasa ingin tahu, dan memberi kepuasan. Dalam pendekatan ini, pembelajaran tidak hanya dilihat sebagai tugas, tetapi pengalaman yang menyenangkan dan memotivasi.
“Siswa yang belajar dengan penuh kegembiraan, cenderung memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi yang dipelajari,” jelasnya.
Penulis: Agustina KW, Kontributor Banyumas
Editor: Tn/Ul, Diskominfo Jateng