Grebeg Sudiro 2020, Menjadi Sinergi Budaya Jawa dan Tionghoa

  • 20 Jan
  • yandip prov jateng
  • No Comments

SURAKARTA – Mengusung tema “Bersinergi Merawat Kebhinekaan” Kirab Grebeg Sudiro 2020 berlangsung meriah. Minggu, (19/01/2020). Ribuan warga Solo dan sekitarnya memadati Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Jenderal Sudirman di kawasan Pasar Gede yang menjadi titik pemberangkatan kirab budaya.
Dalam sambutan Ketua Panitia Grebeg Sudiro 2020 Arga Dwi Setyawan, menjelaskan bahwa Grebeg Sudiro ini merupakan Event budaya kolaborasi antara Budaya Jawa dengan Tionghoa yang telah di selenggarakan 13 kali.
Potensi budaya dapat dikolaborasikan menjadi narasi budaya yang menarik untuk disuguhkan bagi masyarakat. Grebeg Sudiro juga merupakan ritual kearifan budaya untuk menjunjung Nasionalisme, Pluralisme, Kebhinekaan dan Integrasi sosial khususnya di Surakarta.
Tahun ini ada 5 kegiatan yang akan dilaksanakan yakni Wisata Perahu Kali Pepe, Basar Potensi di Kawasan Pasar Gede, Umbul Mantram, karnaval Budaya dan Panggung Penutupan Grebeg Sudiro 2020.
Selain untuk menunjukkan keharmonisan antar suku bangsa, grebeg ini juga menjadi wahana wisata sekaligus penggerak perekonomian sebagian kalangan masyarakat Kota Surakarta. Mulai dari pedagang kaki lima, penjual pernak-pernik, hingga tukang parkir.
Walikota Surakarta @fx.rudyatmo menyampaikan bahwa Grebeg Sudiro merupakan Satu-satunya karnaval budaya yg masuk kalender event Nasional dan mengajak masyarakat dalam mewujudkan program 3 WMP ( Wasis, Waras, Wareg, Mapan dan Papan).
Pertama yakni Waras adalah sehat dalam bersikap, berprinsip, sehat dalam menerima kebudayaan, kebhinekaan dan sehat dalam menerima culture yang ada di surakarta.
Wasis adalah kecerdasan dalam mensikapi menanggapi dan cerdas dalam melaksanakan kegiatan apapun untuk merawat kebhinekaan dan kemajemukan yang ada di kota surakarta.
Wareg adalah kenyang dalam bergaul, bersikap  dan berpendapat salah satu upaya menegakan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemapanan adalah mapan dalam aturan, mapan dalam perekonomian, dan apabila sudah terpenuhi maka akan mendapatkan papan atau tempat tinggal yang layak huni.
Hal ini menjadi komitmen Pemkot Surakarta bersama warga untuk mewujudkan 5 Budaya Hidup yakni Budaya Gotong Royong, Budaya Memiliki, Budaya Merawat, Budaya Menjaga dan Budaya Mengamankan kota solo dan se-isinya. /AM

Berita Terkait