Enam Kali Berurutan, Pemkab Magelang Raih Penghargaan Proklim

  • 24 Oct
  • yandip prov jateng
  • No Comments

MUNGKID- Pemerintah Kabupaten Magelang kembali meraih penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) keenam kalinya secara berturut-turut dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Penghargaan diberikan atas kontribusi nyata dalam upaya pengendalian perubahan iklim.
Penghargaan Proklim Tahun 2023 ini diserahkan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar, kepada Bupati Magelang Zaenal Arifin, sebagai Pembina Proklim, pada acara Penyerahan Penghargaan Proklim 2023 dan Peresmian RKKIK (Rumah Kolaborasi dan Konsultasi Iklim dan Karbon), di Ruang Auditorium Dr. Soedjarwo Gedung Manggala Wanabakti, Senayan Jakarta, Selasa (24/10/2023).
Untuk diketahui sebelumnya, anugerah/penghargaan Proklim sendiri telah diraih Bupati Magelang Zaenal Arifin sebagai ‘Pembina Proklim’ di daerah sejak tahun 2018-2023 secara berurutan.
Bupati Magelang Zaenal Arifin mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada KLHK RI, yang terus memberi pendampingan sehingga Kabupaten Magelang bisa mencapai Proklim.
“Tentunya, penghargaan ini tidak terus membuat kita terlena, tetapi harus menjadi pemacu bagaimana kita menjaga alam ini,” kata Zaenal Arifin.
Selain Bupati Magelang, Desa Margoyoso, Kecamatan Salaman juga meraih penghargaan Proklim Lestari (penghargaan tertinggi dari KLHK RI). Sementara, Desa Sriwedari, Kecamatan Salaman meraih penghargaan Proklim Utama.
Sertifikat Proklim Utama juga diberikan kepada 11 desa di wilayah Kabupaten Magelang, dan sertifikat Proklim Madya diberikan kepada 14 desa di Kabupaten Magelang.
Kepala Desa Margoyoso, Kecamatan Salaman, Adidaya Perdana menjelaskan, sebagai peraih penghargaan Proklim Lestari, Desa Margoyoso memiliki keunggulan di bidang penyelamatan sumber daya air, dengan terus melakukan penanaman pohon di sekitar mata air, sehingga berdampak meningkatnya debit air yang bisa dimanfaatkan hingga Kabupaten Purworejo.
“Lalu di bidang Energi Baru Terbarukan, yaitu pembuatan IPAL biogas limbah kotoran ternak sapi, pada tahun 2020 belum memiliki biodigester, saat ini tahun 2023 sudah menjadi tiga unit biodigester. Biogas sekarang sudah digunakan lebih dari 10 KK,” jelasnya.
Sementara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya Bakar menyampaikan, dampak perubahan iklim sudah dirasakan secara nyata, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.
Ia menekankan, saat ini bumi mengalami tantangan yang berat atau lipat tiga (triple planet challenges) yakni, perubahan iklim kehilangan keanekaragaman hayati, dan polusi. Kenaikan suhu global telah menyebabkan panas ekstrem yang melanda berbagai wilayah, termasuk Indonesia.
“Hal ini menunjukkan bahwa krisis iklim sudah menjadi masalah yang sangat genting dan perlu menjadi perhatian serius seluruh negara,” ungkapnya.

Penulis: Kontributor Kab Mgl
Editor: WH/DiskominfoJtg

Berita Terkait