ELIMINIR STIGMA NEGATIF, PEMKAB PURWOREJO SOSIALISASIKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS

  • 01 Apr
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

PURWOREJO – Guna mengeliminir stigma negatif maupun diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS, Pemerintah Kabupaten Purworejo menggelar Sosialisasi Penanggulangan HIV/AIDS bagi masyarakat di Kecamatan Loano, Kamis (30/3). Bertempat di Aula Kecamatan, acara dibuka oleh dr Kuswantoro MKes mewakili Bupati Purworejo.

Pada kesempatan itu Kuswantoro menjelaskan, di Kabupaten Purworejo sendiri, kasus HIV/AIDS cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, angka kesakitan HIV/AIDS mencapai 52 orang dan meningkat menjadi 68 orang pada 2016 lalu. Sedangkan hingga Maret 2017 ini, tercatat sudah ditemukan adanya 5 kasus HIV/AIDS.

Kuswantoro menambahkan, secara medis pengobatan HIV/AIDS saat ini bisa dilakukan di RSUD dr Tjitrowardojo. Namun demikian, mengingat pengobatan HIV harus dilakukan seumur hidup. Maka perlu adanya motivasi baik oleh keluarga maupun masyarakat, agar penderita mau berobat secara teratur dan benar.

Di sisi lain, sebagian masyarakat masih melakukan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS. Sehingga perlu adanya peningkatan pengetahuan masyarakat yang benar, baik cara-cara pencegahan maupun penularannya. Salah satunya dapat dilakukan dengan Sosialisasi Penanggulangan HIV/AIDS.

“Sosialisasi ini dilakukan agar masyarakat tahu apa itu inveksi HIV, apa itu penyakit AIDS dan tahu bagaimana pencegahannya, penularannya, serta tahu bagaimana cara mendapatkan pertolongan atau pengobatannya. Sehingga stigma negatif maupun diskriminasi terhadap penderita bisa dieliminir,” kata Kuswantoro.

Sementara itu, Ahmat Jainudin SIP, Plt Camat Loano menjelaskan bahwa di Loano, tepatnya di Desa Tridadi dan Desa Sedayu telah terjadi kasus meninggal karena penyakit HIV/AIDS.

“Beberapa hari yang lalu memang terjadi kasus di Desa Tridadi dan Desa Sedayu, dua orang meninggal. Ada juga keluarga yang ada terindikasi terinveksi HIV/AIDS,” kata Jainudin.

Jainudin berharap, dengan adanya sosialisasi tersebut dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat. Menurutnya, ketidaktahuan masyarakat tentang penyakit ini dapat membuat korban bebannya menjadi bertambah, karena mendapat tekanan secara fisik maupun sosial.

“Memang saya harapkan ada di Loano, supaya kami bersikap memberikan pencerahan kepada

masyarakat. Karena pada kenyataan dilapangan, karena ketidaktahuan masyarakat, korban jadi dikucilkan dan mendapatkan perlakuan yang tidak sepantasnya,” terangnya.
Jainudin juga berharap setelah sosialisasi warga menjadi tahu bagaimana harus bersikap yang benar, tanpa harus ketakutan terinfeksi atau tertular penyakit tersebut.

Berita Terkait