EKONOMI MEMBAIK KARENA PERAWAN PABRIK

  • 22 Jan
  • yandip prov jateng
  • No Comments

PURBALINGGALuasnya lapangan kerja adalah sebuah keharusan yang wajib dimiliki suatu daerah agar daya beli dan kesejahteraan terangkat. Di Purbalingga populer dengan industri rambutnya yang sudah mendunia bahkan terbesar nomor 2 (dua) di dunia setelah kota Guangzo di China. Sesuai data yang disampaikan Bupati Tasdi, jumlah pekerja yang bisa terserap ke industri rambut palsu dan bulu mata palsu berjumlah 60.000 pekerja yang 95%-nya adalah tenaga kerja wanita.

Hampir di semua Desa yang ada di Purbalingga menjadi penyumbang pekerja wanita yang bergerak di sektor rambut palsu. Tak terkecuali Desa Tlahab Lor Kecamatan Karangreja. Tercatat ada tiga PMA (Penanam Modal Asing) yang ada di Tlahab Lor. Di antaranya PT Midas, PT Royal Korindah dan PT Indokores yang mampu menyerap ratusan pekerja wanita yang tadinya ibu rumah tangga.

Kepala Dusun Tlahab Desa Tlahab Lor  Teguh Sugiyanto mengatakan sangat berterima kasih kepada para PMA yang telah menamkan modalnya di Desa itu. Dia menambahkan, dahulu perekonomian tlahab hanya mengandalkan dari sektor pertanian. Namun setelah tenaga wanita terserap, para petani yang didominasi kaum lelaki terbantu dari sisi finansial.

“Dahulu ekonomi bawah di Tlahab tidak variatif. Hanya dari sektor pertanian. Namun sekarang perekonomian Tlahab terangkat. Hampir di setiap rumah sudah ada motor hasil dari bekerja di pabrik rambut palsu,” kata lelaki yang akrab disapa Teguh itu.

Jika di sebagian Purbalingga mengenal Pamong Mraja (Papa Momong Mama Kerja), hal itu tidak berlaku di Tlahab. Semua bahu membahu dan jam kerja 07.30-14.30 cukup untuk membagi waktu termasuk mengurus rumah tangga. Dikatakan Sri Murdiyanti, pengepul pabrik rambut palsu dan bulu mata palsu di Tlahab, pihaknya selalu memperhatikan upah yang layak. Tak hanya satuan bulu mata yang dihargai namun juga upah kerja perhari dan juga upah lembur.

“Kami usulkan kenaikan pengupahan kepada para PMA yang ada di Purbalingga beserta uang datang. Mudah-mudahan dari tahun ke tahun kesejahteraan para pengrajin bulu mata bisa terangkat,” kata Sri.

Salah satu pekerja, Sumarti berujar melalui PMA yang ada di Purbalingga yang mengepul di Tlahab, dirinya bisa menyekolahkan anaknya dan memasukkannya ke Pondok Pesantren di Wonosobo. Dia berharap PMA yang ada di Purbalingga berjalan terus karena sudah bisa menjadi jalan hidup sebagian masyarakat.

“Semoga pekerjaan ini langgeng. Kami sudah nyaman bekerja sebagai pengrajin bulu mata karena bisa membantu suami dalam perekonomian,” pungkas Sumarti. (PI-8)

Berita Terkait