Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Dukung Jaran Kepang Masuk Unesco, Ratusan Seniman Temanggung Bakal Flashmob di City Walk
- 28 Apr
- Yandip Prov Jateng (2)
- No Comments

TEMANGGUNG – Guna memperingati Hari Tari Sedunia, ratusan seniman asal Kabupaten Temanggung, akan menggelar sebuah kegiatan bertajuk “Njoget Bareng Njo”, yang dikemas dalam bentuk flashmob tarian Jaran Kepang, Selasa (29/4/2025) malam, di Area Citywalk atau depan gedung BCA Temanggung.
Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Daerah (DKKD) Kabupaten Temanggung, Lukman Sutopo, menjelaskan, flashmob tarian Jaran Kepang dipilih lantaran kesenian tersebut merupakan salah satu simbol khasanah khas masyarakat di Kabupaten Temanggung.
Selain itu, tarian massal tersebut juga akan menjadi simbol deklarasi, sekaligus dukungan para seniman dan budayawan terhadap seni tari Jaran Kepang, agar masuk sebagai Intangible Culture Heritage (ICH) Unesco. Tak hanya Jaran Kepang, dalam acara “Njoget Bareng Njo” itu, juga akan ditampilkan kesenian lain, seperti Topeng Ireng, hingga menyanyikan Binarung Jaran Manggung.
“Rencananya, sekitar 500-an penari akan terlibat dalam flashmob tari Jaran Kepang dalam agenda tersebut. Namun demikian, kami juga sekaligus mengundang warga masyarakat, khususnya para penari dan pelaku seni untuk bergabung,” ungkapnya, Sabtu (26/4/2025).
Sutopo menjelaskan, Jaran Kepang Temanggung melalui Jaranan Mergowati Temanggung, termasuk ke dalam salah satu varian seni, yang tengah diajukan sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia kepada pihak Unesco, bersama kesenian sejenis dari daerah lain.
“Seni Jaranan termasuk menjadi usulan Indonesia bersama dengan negara Suriname, untuk kategori Seni Pertunjukan dan Ritual. Selain seni Jaranan, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dan Badan Pelestari Kebudayaan Wilayah X Yogyajarta dan Jawa Tengah, juga mengajukan budaya tempe dan Teater Mak Yong. Setelah melalui berbagai proses panjang, ketiganya secara resmi diajukan,” bebernya.
Ditambahkan, istilah Jaranan Mergowati Temanggung mengemuka berdasarkan referensi Serat Centini, yang menyebut wilayah Desa Mergowati, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung pada zaman dahulu, merupakan pusat penangkaran kuda-kuda terbaik yang diperuntukkan bagi para ksatria dan raja di era Kerajaan Mataram.
Sehingga muncul hipotesis, Mergowati mempunyai peran besar yang merepresentasikan lokasi berkembangnya sebuah seni tarian rakyat.
“Hal tersebut berdasarkan juga pada hasil penelitian Dr Slamet, yakni budayawan, sekaligus dosen dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, yang mengulik beragam hal tentang seni jaran kepang,” ungkapnya.
Dia berharap, agar pengajuan Seni Jaranan menjadi warisan budaya tak benda milik Indonesia, dapat segera direalisasikan oleh Unesco. Terlebih di Kabupaten Temanggung, Jaran Kepang merupakan seni budaya yang telah mendarah daging dan lestari,bdi kalangan warga masyarakat.
“Di Kabupaten Temanggung ada sekitar 900 kelompok seni jaran kepang yang sudah tercatat oleh dinas setempat, dan tersebar di seluruh kecamatan, bahkan ada di hampir setiap desa yang ada. Jaran kepang Temanggungan sangat khas, karena gerak tarinya meniru perilaku kuda. Tidak hanya dimainkan oleh usia dewasa saja, tetapi juga anak-anak dan eksis di dunia pendidikan, mulai tingkat SD, SMP, hingga SMA,” pungkasnya.
Penulis: FN;EKP
Editor: WH/DiskominfoJtg