Desa Ngerangan Klaten, Cikal Bakal Desa Angkringan

  • 27 Feb
  • yandip prov jateng
  • No Comments

KLATEN – Warung angkringan terus merebak hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Tapi, tak banyak yang tahu darimana cikal bakal angkringan.

Adalah Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten yang konon disebut sebagai daerah cikal bakal angkringan atau biasa disebut HIK (Hidangan Istimewa Klaten). Bahkan saat ini mayoritas warga desa tersebut menekuni usaha angkringan secara turun-temurun. Perekonomian lebih dari 600 keluarga pun terangkat.

Agar Desa Ngerangan lebih dikenal sebagai asal lahirnya angkringan, Bupati Klaten Sri Mulyani mengkukuhkan predikat tersebut dengan meresmikan Monumen Cikal Bakal Angkringan di Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Rabu (26/2/2020).

Suwarna (41) salah satu inisiator dalam mewujudkan Desa Ngerangan sebagai Desa Cikal Bakal Angkringan menyebutkan, sejak dulu usaha angkringan telah menjadi roda penggerak perekonomian warga setempat. Hal tersebut tidak terlepas dari peran Karso Djukut, dan pelaku sejarah yang masih hidup, Wiryo Jeman (95).

Diakui, dulu angkringan memang dikenal sebagai warungnya rakyat kecil. Namun sekarang, angkingan terus berkembang, bahkan angkringan sudah naik kelas dengan konsepnya yang mengundang warga dengan tingkat perekonomian menengah ke atas.

Pria yang 13 tahun menjadi penjual angkringan ini menyampaikan, usaha yang dijalani sebagian besar warga tersebut semakin berkembang. Untuk penjual makanan, setidaknya meraup keuntungan hingga ratusan ribu rupiah per hari. Warga yang memproduksi gerobak angkringan juga kebanjiran order. Bangku pikul laku dijual dengan harga berkisar Rp2,5 juta – Rp3 juta, sementara gerobak dorong lengkap dengan peralatannya harganya mulai dari Rp3,5 juta.

“Pasarnya sudah sampai nasional, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi juga. Ada seorang pengusaha gerobak di sini yang aktif produksi, dan sering mengirim sekitar 40-50 buah gerobak dalam satu bulan,” terang Suwarna.

Mengingat potensinya yang menjanjikan, sekaligus melestarikan tradisi leluhur, imbuhnya, Pemerintah Desa Ngerangan dan para tokoh masyarakat berupaya mengangkat desanya sebagai Cikal Bakal Angkringan. Sehingga menambah peluang untuk pengembangan pariwisata dan menambah perekonomian warga.

Menurut Suwarna, agar semakin memantapkan desanya sebagai destinasi wisata berbasis potensi lokal, Pemerintah Desa Ngerangan akan membangun museum dan Sekolah Angkringan. Pihaknya juga akan memasukan unsur angkringan dalam beberapa paket wisata di daerahnya. Tak hanya wisatawan lokal, pelancong mancanegara pun menjadi bidikan mereka.

Bupati Sri Mulyani mengakui, angkringan atau HIK lahir dari Desa Ngerangan, Bayat. Bisnis itu terus berkembang dari Klaten hingga kini merambah di berbagai penjuru Indonesia.

“Saya bangga dengan Mbah Wiryo atas dedikasinya. Dan dengan diresmikannya monumen ini bisa jadi pengingat kita bahwa adanya HIK ini dapat menyejahterakan banyak masyarakat Bayat maupun Klaten. Semoga desa ini semakin berkembang dan maju terus” kata bupati.

Dalam peresmian tersebut, bupati juga menyerahkan piagam penghargaan pada Inisiator Desa Cikal Bakal Angkringan, Suwarna (41) dan Maestro Angkringan/Tokoh Pendiri Angkringan, Wiryo Jeman (95). Hal tersebut sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi mereka dalam mengangkat potensi daerahnya.

Penulis : Bambang Setyoko/ Joko Priyono, Kontributor Klaten
Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait