Cerita Para Penerima Bansos Tunai

14 May 2020
yandip prov jateng

PURBALINGGA – Wajah-wajah semringah terlihat dari raut muka warga Desa Karangjambe, Kecamatan Padamara, Purbalingga yang mengantre duduk di Balai Desa Karangjambe, Rabu (13/5/2020). Setelah penantian panjang, kabar jika pemerintah membagikan uang tunai Rp 600 ribu untuk tiga bulan, akhirnya terbukti. Di Desa Kutasari, ada 237 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bansos Tunai dari Kementerian Sosial (Kemensos) RI.

Slamet Sangsiono (32), buruh harian, warga RT 4 RW 3 Desa Karangjambe, Kecamatan Padamara mengaku, sejak pandemi virus corona muncul, beberapa proyek pekerjaan bangunan dan permintaan bantuan dari tetangga untuk membantu pekerjaan serabutan, hampir tidak ada.

Selama dua bulan lebih, dia tidak mempunyai pendapatan. Padahal dia juga tidak memiliki tabungan. Untuk biaya hidup, Slamet hanya mengandalkan dari hasil kebun dan meminjam di warung.

“Sejak pandemi virus corona, saya tidak mempunyai pekerjaan sama sekali sehingga tidak ada pendapatan sepeser pun. Untuk hidup sehari-hari, hanya mengandalkan dari hasil kebun, dan sementara berhutang di warung tetangga. Beruntung saya mendapat bantuan, sehingga dapat untuk menutup kebutuhan makan sehari-hari. Berita di televisi tentang akan adanya bantuan Rp600 ribu, ternyata benar-benar terwujud dan sampai ke orang yang tidak mampu seperti saya,” tutur Slamet.

Tidak hanya Slamet Sangsiono, guru honorer Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi di Desa Kutasari, Kecamatan Kutasari, Dwi Noviyanti (34) juga mengaku terbantu dengan adanya bansos tunai tersebut.

Menjadi guru honorer TK Pertiwi di desanya, lebih kepada pengabdian, penghasilannya jauh dibawah upah minimum (UMK). Apalagi sebagai orang tua tunggal yang harus menghidupi dua orang anak sendirian.

“Saya sangat bersyukur mendapat bantuan sosial dari pemerintah. Apalagi dua bulan ini sekolah TK libur, sehingga tidak ada penghasilan sama sekali. Simpanan uang juga sudah menipis. Untungnya, saya termasuk dari salah satu warga Desa Kutasari yang menerima bantuan,” ujar Dwi.

Cerita lain datang dari Nenek Manisem (70), warga RT 03 RW 4 Kelurahan Bancar, Purbalingga. Nenek berstatus janda ini mengaku sangat bersyukur mendapat bantuan uang Rp600 ribu. Untuk menopang hidupnya selama ini, Nenek Manisem hanya mengandalkan bantuan dari tetangga dan keluarga.

“Saged kangge tumbas beras, kalih keperluan sanese (Dapat untuk membeli beras dan keperluan lainnya),” tutur Manisem ketika ditanya Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi saat meninjau pencairan bansos tunai tersebut, Rabu (13/5/2020).

Untuk menuju balai kelurahan, Nenek Manisem harus menggunakan alat bantu. Dia juga diantar Ketua RT agar mudah mengurus administrasi pencairan.

Cerita bahagia juga datang dari Tri Marwati (32) buruh pabrik rambut PT Boyang Industrial Purbalingga. Semenjak adanya virus corona, dirinya bekerja di pabrik secara bergiliran, dalam sebulan hanya sekitar 12 sampai 13 hari.

“Saya masuk kerja dua hari sekali. Karena model kerjanya borongan, otomatis penghasilan saya juga berkurang. Saya juga harus menghidupi satu anak karena sudah berpisah dengan suami. Saya berterima kasih kepada pemerintah karena sudah mendapatkan uang bantuan. Ternyata Tuhan tidak menutup rezeki orang-orang yang membutuhkan,” tutur warga Kelurahan Purbalingga Kulon ini.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengajak kepada warga yang menerima bantuan sosial, apapun bentuknya harus tetap disyukuri. Selain itu menjadi rejeki, juga sebagai wujud perhatian pemerintah kepada warganya.

“Wujud syukur kepada pemerintah karena sudah diberi bantuan dengan menaati anjuran, baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Selalu memakai masker, rutin mencuci tangan, menjaga jarak sosial dan untuk sementara jangan berkerumun,” tegas bupati.

Penulis : y-Humas Purbalingga
Editor : dnk/diskominfo jateng

Skip to content