Cegah Stunting, Pemkab Rembang Kampanyekan Remaja Putri Minum Tablet Tambah Darah

  • 21 Nov
  • yandip prov jateng
  • No Comments

REMBANG – Pemerintah Kabupaten Rembang mengampanyekan, untuk rutin meminum tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri. Pasalnya, hasil penelitian, remaja putri di Indonesia yang mengalami kurang darah ada sekitar 30 persen.

“Hari ini, sekalian kita memulai untuk minum tablet penambah darah dalam rangka mencegah stunting, bagi remaja putri,” ujar Bupati Rembang Abdul Hafidz, pada jalan sehat dalam rangka memeriahkan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-58, di Jalan Kartini, depan kantor Dinas Kesehatan setempat, Minggu (20/11/2022).

Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Rembang dr Dini Nuraida menyampaikan, remaja putri yang kekurangan sel darah merah atau anemia, berisiko tinggi untuk mengalami anemia pada masa kehamilan, dan akan berdampak pada pertumbuhan janin dan berpotensi stunting.

Untuk itu, lanjutnya, para remaja putri dapat minum tablet tambah darah, sebaiknya satu tablet seminggu sekali.

“Minum tablet penambah darah anjurannya itu seminggu sekali, satu tablet. Itu dilakukan selama 52 minggu,” terangnya.

Disampaikan, remaja putri dapat mulai minum tablet tambah darah, mulai usia 12 hingga 18 tahun, rata- rata ketika duduk di bangku SMP atau SMA.

Dini menambahkan, memang ada droping tablet tambah dari pemerintah, namun itu sebagai pemicu saja, dan tentu belum dapat menyentuh remaja putri secara keseluruhan. Karenanya, dirinya berharap, masyarakat bisa memahami betapa pentingnya tablet tersebut, dan bisa mandiri dalam membelinya. Harga dari tablet penambah darah juga terbilang murah atau terjangkau. Dari berbagai merk, rata-rata kisaran harga di bawah Rp40 ribu.

Kepala Dinkes Rembang dr Ali Syofi’i menuturkan, selain menyosialisasikan pentingnya tablet tambah darah bagi remaja putri untuk mencegah bayi lahir stunting, pihaknya juga meluncurkan program Temokno Laporno dan Openi (Telponi), untuk menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Namun, program tersebut juga bisa untuk penanganan penyakit lain.

“Telponi ini merupakan suatu sistem, di mana akan kita gunakan untuk menangani berbagai permasalahan kesehatan seperti AKI, AKB, dan stunting yang mengajak peran masyarakat,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, lanjut Ali, pihaknya juga merilis program Semua Masyarakat Rembang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Kabeh Marem STBM). Dan program lain, yakni Forum Kesehatan Desa (FKD) dalam rumah desa sehat, sebagai salah satu solusi penanganan kesehatan, atas terbatasnya tenaga kesehatan di desa.

Penulis: Mifta, Kominfo Rembang
Editor: Di, Diskominfo Jateng

Berita Terkait