BPBD KLATEN WASPADAI MUNCULNYA KUBAH LAVA BARU DI PUNCAK MERAPI

  • 23 Aug
  • yandip prov jateng
  • No Comments

KLATEN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten mulai mematangkan konsep evakuasi mandiri. Hal itu dilakukan menyusul adanya edaran dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terkait munculnya kubah lava baru di puncak Merapi.

Kepala pelaksana BPBD Klaten, Bambang Giyanto mengatakan, informasi selanjutnya terkait munculnya kubah lava baru di puncak Merapi masih menunggu hasil rapat koordinasi. Koordinasi dilaksanakan oleh BPPTKG dan diikuti sejumlah daerah yang berada di lereng Merapi, memilih Klaten, Magelang, Sleman dan Boyolali.

“BPBD yang berada di lingkar Merapi seperti Klaten, Boyolali, Magelang dan Sleman akan melakukan rapat koordinasi. Kita tunggu dulu hasilnya bagaimana,” ujar dia, Kamis (23/08/2018).

Meski demikian, pihaknya meminta kepada masyarakat dan desa-desa yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) III yakni Desa Sidorejo, Balerante dan Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang untuk tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan. Mengingat bencana erupsi Gunung Merapi tidak dapat diprediksi.

Lebih lanjut, Bambang mengatakan pihaknya juga mulai meningkatkan kewaspadaan. Terutama menerapkan evakuasi mandiri yang dilakukan masyarakat dengan memanfaatkan kendaraan masing-masing. Nantinya warga yang tidak memiliki kendaraan dapat bergabung dengan yang lainnya. Hal itu perlu pembahasan lagi.

“Sejak saat ini mengenai penggunaan transportasi untuk menuju shelter dan desa paseduluran terus didata. Penggunaan kendaraan untuk evakuasi sudah kami petakan. Sehingga bukan kami lagi yang naik ke atas melakukan penjemputan pengungsi,” imbuhnya.

Pola yang diterapkan kali ini berbeda dengan erupsi tahun 2010 silam. Konsepnya, masyarakat yang mengevakuasi secara mandiri menuju shelter pengungsian maupun desa paseduluran. Sedangkan BPBD bertugas untuk memfasilitasi dan memastikan para pengungsi sampai ke titik tujuan dan selamat.

“Semoga pola ini bisa membuat masyarakat tanggap bencana, berbeda dengan tahun 2010 yang masih banyak yang panik. Sehingga tidak terpantau,” pungkas dia.

Berita Terkait