Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
BOYOLALI MENJADI WILAYAH PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK
- 25 Aug
- dev_yandip prov jateng
- No Comments

BOYOLALI – Wilayah Boyolali menjadi salah satu daerah sasaran untuk pengembangan pertanian organik di Jawa Tengah (Jateng), selain Magelang dan Tegal. Demikian disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Yuni Astuti di sela-sela pelatihan pertanian ramah lingkungan dan konservasi lahan di Selo Pass, Kecamatan Selo, Kamis (24/8). Menurut Yuni, ketiga wilayah tersebut selama ini sudah mengenal pertanian dengan sistem organik.
“Tanaman organik yang dikembangkan meliputi jenis sayuran, salak, dan padi. Hanya saja pemilihan jenis tanaman organik tersebut juga disesuaikan dengan daerahnya,” terang Yuni. Sebagai contoh untuk wilayah Boyolali, yang dikembangkan meliputi sayuran dan padi. Sementara di Magelang pengembangan tanaman organik salak dan padi.
Yuni mengatakan, pihaknya terus mendorong para petani untuk mengembangkan pertanian organik. Selain lebih ramah lingkungan, pertanian organik juga akan mendorong peningkatan kualitas alam lingkungan.
Tidak kalah pentingnya, sesuai dengan kemajuan zaman, tuntutan masyarakat ke depan juga akan semakin tinggi. Masyarakat sebagai konsumen akan meminta produk pertanian yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Salah satu indikatornya yakni produk pertanian yang tidak tercemar residu bahan kimia. Produk berkualitas tersebut tidak lain adalah produk pertanian organik.
Hanya saja diakuinya, untuk mengembangkan pertanian organik, butuh waktu yang cukup panjang. Di sisi lain, kendala yang ada saat ini, banyak petani yang masih awam dengan sistem organik. Padahal lanjut dia, para petani di tingkat pedesaan sudah familiar dengan pemanfaatan pupuk kompos.
“Ini yang perlu untuk terus didorong, termasuk dengan sosialisasi secara langsung melibatkan kalangan swasta dan lembaga-lembaga terkait,” terang dia.
Senada, Nugroho Widiasmadi dari Pusat Riset Pangan dan Energi Yayasan Ansa Semarang mengungkapkan, pihaknya berupaya memasyarakatkan Intregated Ecofarming Total Organik. Yaitu, metode bertani untuk mengembalikan kejayaan pertanian nusantara seperti yang dilakukan petani masa lampau.
“Metode ini di antaranya mengolah semua sumber daya alam diolah menurut mata rantai ekologinya,” jelas dia.
Dicontohkannya, kebutuhan pupuk petani untuk tanaman dapat dipenuhi dari kotoran ternak yang mereka miliki. Sementara limbah limbah sayur, kulit kopi, hingga dan jerami, yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Dengan perpaduan ini, maka akan menghemat biaya produiksi dan menyelesaikan persoalan limbah yang muncul.
“Apalagi jika didukung dengan teknologi sekalipun sederhana,” tandasnya.