Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
BENTUK KARAKTER ANAK, ORANG TUA HARUS BERSAING DENGAN GADGET
- 29 Nov
- yandip prov jateng
- No Comments

PURBALINGGA – Gadget pada kehidupan jaman nowmenjadi kebutuhan tidak hanya orang tua namun juga banyak digunakan oleh anak-anak dan remaja. Bahkan telepon pintar yang memiliki banyak kemudahan menjadi pesaing orang tua dalam membentuk karakter anak.
Hal ini disampaikan oleh Reni Kusumowardhani, psikolog RSUD Cilacap saat memberikan paparan pada acara Seminar Pembentukan Karakter Anak di Pendapa Dipokusumo Purbalingga, Senin (27/11).
Menurut Reni, mereka sangat menyukai gadget dan internet karena memiliki sifat interaktif, mudah mencari informasi, banyak permainan game online, friendly dan tidak akan marah ketika kita sedang jengkel, tampilannya sangat luar biasa dan menyenangkan. Gadget dan internet sekarang menjadi sahabat yang luar biasa bagi anak.
“Sekarang bagaimana caranya merebut hati anak. Kita harus bisa bersaing dengan gadget. Kita juga harus punya keistimewaan seperti gadget,” kata Reni Kusumowardhani yang juga pakar psikolog forensik.
Menurut Reni, agar anak-anak kita terbebas dari kecanduan gadget, maka kita, para orang tua harus menjadi orang yang mudah didekati, harus friendly seperti gadget. Tampilan kita juga harus menyenangkan, bahkan bila perlu orang tua harus dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk cerita. “Kita dan keluarga kita harus penuh warna, sehingga ini bisa menggantikan gadget dan anak-anak bisa mendengarkan kita sebagai orang tua. Tetapi kalau orang tuanya tidak menarik, adanya cuma menuntut kewajiban tanpa tahu keingin an anak, maka ini akan menjadi masalah,” katanya.
Dia mencontohkan, ketika anak baru pulang dari sekolah, orang tua tidak seharusnya membombardir anak dengan pertanyaan-pertanyaan terkait kewajiban anak untuk mengerjakan PR, bagaimana hasil ulanganya dan lain sebagainya. Menurut Reni, ketika anak sudah capai kemudian dibombardir dengan pertanyaan, biasanya anak tidak akan mendengarkan.
“Akan lebih “Mak Nyes” bila anak disambut dengan senyum kasih sayang dan orang tua memahami kondisi anak yang masih capai. Kemudian diajak makan bersama dengan suasana yang penuh canda. Artinya, kita harus berkomunikasi dengan nyaman,” jelasnya.
Dalam membentuk karakter anak, lanjut Reni, orang tua tidak boleh menggunakan aliran kebatinan alias selalu menduga-duga. Reni menyarankan agar orang tua langsung berbicara dengan anak tidak saja ketika mendapati perkembangan yang mengkhawatirkan pada anak. Karenanya, orang tua juga harus mengetahui ilmu komunikasi yang baik.
“Jangan jadi Bu Luki atau Pak Luki (Lu Kira Kira-red). Itu bisa jadi pangkal kehebohan dan keributan yang akhirnya anak-anak menjadi tidak suka. Jadi jangan pernah pakai aliran kebatinan. Langsung saja bicara, langsung saja komunikasi,” tandasnya.
Pada intinya, kata Reni, untuk membangun karakter anak harus diawali dari keluarga yang berkualitas. Dimana orang tua harus memiliki waktu yang berkualitas untuk anak, mampu membuat komunikasi sebagai jembatanya dan menjadi teladan dengan terlebih dahulu menjadi orang tua yang berahlak mulia.
Senada dengan Reni, Bupati Purbalingga H. Taasdi, SH, MM menuturkan, membangun karakter anak membutuhkan contoh keteladanan. Menurut Tasdi, anak akan berkarakter kalau orang tuanya berkarakter, gurunya berkarakter, masyarakat menjadi berkarakter kalau jika para pejabatnya berkarakter.
“Jadi jangan hanya anak yang disalahkan. Saya tidak setuju menyalahkan anak-anak kita. Tapi kita harus mengkoreksi diri kita apakah kita sudah berkarakter,” katanya.
Dikatakan Tasdi, karakter tidak hanya dibentuk oleh knowledge atau pengetahuan saja. Namun juga harus memiliki fariabel lainnya seperti skill atau keterampilan dan attitude atau perilaku. Di fariabel attitude inilah yang masih banyak bermasalah. “Banyak yang pinter, banyak yang terampil. Namun perilakunya masih perlu di tingkatkan,” jelasnya.
Bupati meminta peserta seminar, untuk menyerap ilmu membentuk karakter anak dengan baik sehingga tidak hanya menjadi tambahan pengetahuan namun dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pada akhirnya kita dapat menjadi figur orang tua yang manjadi teladan anak-anak kita.
Sementara, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Purbalingga Ny. Erni Widyawati Tasdi menuturkan kegiatan seminar diselenggarakan sebagai salah satu upaya meningkatkan dan kemampuan kaum ibu dalam melakukan pola asuh anak dan remaja. Sehingga para ibu sebagai pendidik utama keluarga mampu membentuk karakter anak yang berakhlakul karimah, tangguh dan bertanggungjawab.
“Berbagai peristiwa kenakalan anak dan remaja yang berkaitan dengan moral dan perilaku anak menurut statistik menunjukan peningkatan. Ini menjadi tantangan bagi orang tua, bagaimana membentuk karakter anak sehingga kelak menjadi generasi yang berkarakter,” jelasnya.
Seminar diikuti 500 peserta terdiri dari anggota TP PKK Kabupaten, TP PKK Kecamatan, desa dan keluarahan, serta para pendidik yang merupakan wakil dari IGTKI, IGRA dan GOPTKI se-kabupaten Purbalingga. (PI-4)