ANGGER BASA PENGINYONGAN ILANG, DADI MENUNGSA SING ORA GENAH

  • 28 Apr
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

PURBALINGGA– Pemerintah Kabupaten Purbalingga diminta lebih memasyarakatkan penggunaan Bahasa Penginyongan di berbagai kesempatan, baik di kantor, sekolah maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan. Hal ini agar Bahasa Penginyongan yang hidup di Purbalingga pada khususnya dan wilayah Eks Karesidenan Banyumas pada umumnya, tetap lestari. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Purbalingga bersama masyarakat diminta secara periodik menggelar sarasehan Bahasa Penginyongan, dan memasyarakatkan kearifan lokal.

Demikian rekomendasi yang mengemuka pada Sosialisasi Hasil Kongres Bahasa Penginyongan di Aula Soedirman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Kamis (27/4). Perumusan hasil rekomendasi disampaikan oleh Drs. Musolah, MM (Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran/MGMP Bahasa Jawa SMA Purbalingga , didampingi tim perumus yang terdiri Drs. Prasetyo (Ketua MGMP Bahasa Jawa SMP ), Sugeng Pitoyo, S.Pd (Ketua MGMP Bahasa Jawa SMK), Agus Widodo (tokoh masyarakat), dan SBJ Utomo (seniman).

Kegiatan yang mengusung tema: Basa Penginyongan Minangka Basa Padinan itu, diikuti 120  peserta, terdiri guru Bahasa Jawa SMP, SMA, SMK dan utusan dari berbagai dinas dan lembaga di Purbalingga. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Heriyanto, S.Pd, M.Si membuka kegiatan tersebut. Sebagai penyaji materi dalam kesempatan itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Purbaingga, Drs. Supardan, MM, serta budayawan Ahmad Tohari.

Seperti diketahui, pada akhir Oktober 2016 silam, digelar Kongres Bahasa Penginyongan di Baturraden, Banyumas. Kongres yang baru pertama digelar itu diikuti berbagai utusan dari wilayah Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen.

Musolah juga merekomendasikan, agar pembelajaran Bahasa Penginyongan dimulai sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sebagaimana rekomendasi hasil Kongres Bahasa Jawa (KBJ) ke VI yang digelar di Yogyakarta pada awal November 2016 lalu. “Dan yang terpenting, buku-buku penunjang Bahasa Penginyongan untuk bahan ajar di sekolah-sekolah, agar lebih diperbanyak. Kami merekomendasikan hal ini kepada Bupati Purbalingga, agar  pelestarian Bahasa Penginyongan tidak hanya dalam tataran lisan, tapi juga tertulis,” ujar Musolah yang juga guru Bahasa Jawa SMAN 1 Kutasari.

Budayawan Ahmad Tohari dalam kesampatan tersebut mengajak kepada penutur Bahasa Penginyongan untuk aktif menggunakan Bahasa Jawa Penginyongan secara lisan maupun tulis.”Basa penginyongan genah dadi ciriwancine wong utawa brayat penginyongan. Mulane wujud utawa eksistensi Basa Penginyongan kudu dejaga, deenggo, deuri-uri kon tetep urip lan maju. Kuwe kewajibane sapa?Angger udu kewajibane inyong kabeh, kewajibane sapa?,” tanya Ahmad Tohari.

Masyarakat penginyongan, lanjut penulis novel Tri Logi Ronggeng Dukuh Paruk ini, wajib pintar menggunakan Bahasa Penginyongan secara lisan dan tulis. “Kuwe kudu demolahi kawit bocah, sekang umah, PAUD, TK lan SD nganti kelas 3 kudune dewulang nganggo Basa Penginyongan. Sewise kuwe, sapa bae ya wajib pinter Basa Jawa Baku, Bahasa Indonesia, lan basa manca,” ujar Ahmad Tohari.

Ahmad Tohari berpesan, jangan sampai Basa Penginyongan hilang. “Angger Basa Penginyongan nganti ilang, wong penginyongan dadi menungsa sing ora genah, sebab ora duwe ciri wanci utawa jati dhiri,”   ujar Ahmad Tohari. (yit)

 

Berita Terkait