Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
19 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TERKENA KASUS LEPTOSPIROSIS
- 02 Mar
- yandip prov jateng
- No Comments

BOYOLALI – Kasus penyakit Leptospirosis di Kabupaten Boyolali dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir ini terus mengalami peningkatan. Penyakit yang diakibatkan oleh kencing tikus tersebut mulai membuat warga Boyolali kain resah. Hal tersebut membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali bekerja ekstra cepat untuk mengatasi kasus penyebaran penyakit leptospirosis. Melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Boyolali, diselenggarakan rapat koordinasi (rakor) Penanggulangan Leptospirosis di aula Dinkes setempat, Kamis (1/3).
Menghadirkan tim dari Dinkes Provinsi Jawa Tengah, tim dari Perpustakaan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir (B2P2VRP) Salatiga, dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta, diharapkan mampu menjawab keresahan warga Boyolali.
Kepala Bidang P2P Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Tatik Murhayati menjelaskan bahwa di Jawa Tengah kasus penyakit Leptospirosis tidak terjadi di Kabupaten Boyolali saja, akan tetapi terdapat 19 kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami kasus yang sama. Di tahun 2017 terdapat 409 kasus yang tersebar se-Jawa Tengah dengan korban meninggal 65 orang.
“Kabupaten Boyolali termasuk di nomor tujuh yang menjadi daerah rawan penyebaran penyakit Leptospirosis,” terang Tatik.
Seperti diketahui bahwa bulan Januari dan Februari, di Kabupaten Boyolali telah ditemukan delapan kasus penyakit leptospirosis, dengan korban meninggal sampai tiga orang. Penyebarannya pun tidak hanya ke manusia, akan tetapi mulai menjangkit ke hewan ternak.
“Kami sebagai One Health di Kabupaten Boyolali harus segera cepat merespon dari penyebaran penyakit leptospirosis yang saat ini menjadi permasalahan di Boyolali. Ini termasuk angka yang cukup tinggi jika dilihat dari jumlah kasusnya,” ujar Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali, Ratri S Lina.
Oleh karena itu, dalam kegiatan rakor tersebut sekaligus mengambil ancang–ancang tindakan antisipasi dengan dibuatnya kesepakatan koordinasi penanggulangan leptopsirosis di Kabupaten Boyolali.
“Salah satunya dengan dilakukannya surveilans di daerah yang tertular sampai dengan dua kali masa inkubasi kasus terakhir ditemukan. Selain itu, tahap yang tidak kalah penting dengan adanya pengurangan jumlah populasi tikus baik itu secara massal maupun mandiri,” ungkap Lina.
Dinkes juga berupaya untuk terus mensosialisasikan biosafety dan biosecurity untuk petugas dan masyarakat yang memiliki hewan ternak. Melalui berbagai kerjasama dengan beberapa rumah sakit, Dinkes juga melakukan penguatan pencatatan dan pelaporan kasus penularan penyakit leptospirosis.
Daerah yang rawan leptospirosis ini berada di wilayah Kecamatan Ngemplak, Banyudono, Nogosari, Andong, dan Musuk.