Klaster Covid-19 Cepat Tertangani, Warga Sadari Pentingnya Prokes

  • 07 May
  • bidang ikp
  • No Comments

BANYUMAS – Sejumlah klaster penularan Covid-19 di Jawa Tengah yang beberapa waktu muncul dapat tertangani secara cepat. Upaya tracing dan testing berjalan baik, sehingga sejumlah kasus baru tidak ada yang mengakibatkan kematian.

 

Klaster baru yang terjadi di Jawa Tengah tersebut adalah klaster menjenguk bayi di Desa Tanalum Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga. Lalu, klaster salat tarawih di Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor, dan Desa Tanggeran Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Beberapa bulan sebelumnya juga terjadi klaster di Lapas Nusakambangan, Kabupaten Cilacap.

 

Bukan hanya berhasil melakukan penanganan secara cepat di tiga klaster tersebut. Kejadian mengejutkan itu bahkan menjadi pelajaran, sekaligus menyadarkan warga untuk lebih menaati protokol kesehatan.

 

Sri Mumpuni (33), warga Desa Pekaja mengaku takut setelah Covid-19 dengan cepat menular di desanya, karena salah seorang yang terpapar ikut salat tarawih secara berjemaah.

 

“Memang saat hari pertama tarawih itu ramai, berdesakan bahkan sampai jemaah itu di halaman musala. Nah, karena ada yang terpapar akhirnya menular ke yang lain,” katanya, Kamis (6/5/2021).

 

Lantaran sejumlah warga mengalami gejala seperti batuk, flu, dan anosmia atau kehilangan indra penciuman, Satgas Covid-19 akhirnya melakukan tes swab PCR dan antigen. Hasilnya ada yang positif.

 

“Setelah tahu ada yang positif, akhirnya warga dites semua. Alhamdulillah saya negatif meskipun ikut tarawih, tapi suami saya positif, dan sekarang sedang menjalani isolasi,” cerita Sri Mumpuni.

 

Ia sedang hamil tujuh bulan, dan harus mengurus rumah. Sementara, anak pertamanya masih duduk di bangku SD.

 

“Saya hamil, suami dikarantina. Kalau tahu begini, saya sampaikan ternyata protokol kesehatan itu penting. Jaga jarak, pakai masker, cuci tangan pakai sabun” jelasnya.

 

Cerita lain dari Abdul Walfaalih, pegawai di Lapas Kembangkuning Nusakambangan, yang mengaku terinfeksi Covid-19 setelah ada klaster di Nusakambangan. Rasa cemas dan takut pun menghantuinya.

 

“Setelah ikut tes yang kedua kalinya saya malah bergejala. Akhirnya saya mengabari orang tua dan istri di Kudus. Mereka khawatir dan ibu saya bahkan menangis,” tuturnya.

 

Namun, Faalih optimistis bisa sembuh dari penyakit tersebut. Selain niat itu, ia juga mendapat asupan vitamin dan sejumlah bantuan lainnya dari Kemenkumham dan Dinas Kesehatan setempat.

 

“Takutlah, bahkan ibu saya menangis. Tapi penanganan cepat dan saya optimis sembuh. Bagi siapapun, jagalah protokol kesehatan biar tidak tertular dan tidak menularkan,” pesannya.

 

Hal serupa juga dikisahkan Sutrisno, petugas Lapas Kembangkuning yang lain. Ia baru tahu terpapar setelah dilakukan tes swab, karena memang tanpa gejala.

 

“Karena dinyatakan positif saya langsung isolasi mandiri di rumah. Selama sekitar 10 hari saya di dalam kamar, tidak bertemu istri dan anak. Rasanya tidak enak,” ungkapnya.

 

Menurutnya, pengalaman itu bisa menjadi pembelajaran bagi warga untuk tetap waspada.

 

“Ternyata Covid-19 masih ada, jadi taatilah protokol kesehatan,” imbuhnya.

 

Sementara, Kepala Lapas Kembangkuning, Unggul Widiyo S mengatakan, klaster di Nusakambangan terjadi diduga karena kedatangan pegawai magang dari Jakarta sekitar Maret lalu.

 

“Setelah ada yang positif, akhirnya kami mintakan khusus di Lapas sini untuk semua napi, pegawai dan petugas untuk dites. Nah, setelah itu kami pisahkan yang positif dan negatif. Sedangkan pegawai dan petugas yang positif yang minta isolasi mandiri,” ujarnya.

 

Dari informasi di semua Lapas yang ada di Nusakambangan ada ratusan yang dinyatakan positif saat itu.

 

“Namun, kami lakukan penanganan secada cepat. Yang positif diisolasi di tempat terpisah. Bantuan vitamin dan lainnya kami berikan. Sekitar 10 hari, sudah banyak yang negatif, dan sampai saat ini Nusakambangan nonkasus Covid-19,” ungkap Unggul.

 

Ia berharap, dari kasus yang telah terjadi, pegawai Lapas dan Napi di Nusakambangan diharapkan mendapat prioritas program vaksinasi.

 

“Harapannya vaksinasi di sini bisa diprioritaskan,” tandasnya.

 

 

Penanganan Cepat

 

Kepala Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga, Dika Satya Negara menyampaikan, kasus penyebaran Covid-19 klaster menjenguk bayi mulanya dari salah satu anggota keluarga ibu yang melahirkan positif setelah punya riwayat bepergian ke luar daerah.

 

 

“Awalnya bukan ibu yang melahirkan, tapi kakeknya yang terpapar dengan riwayat perjalanan ke Pekalongan. Waktu warga menjenguk kelahiran bayi akhirnya banyak yang terpapar,” ungkapnya.

 

Kemudian, Dika menerjunkan tim untuk melakukan tracing dan testing di Desa Tanalum, lokasi klaster tersebut.

 

“Kami terus tracing dan testing sekaligus edukasi ke masyarakat. Sampai hari ini masih kami lakukan. Semua yang dinyatakan positif sedang menjalani isolasi mandiri,” katanya.

 

Belasan warga yang positif rata-rata tanpa gejala. Sebagian kecil mengalami gejala ringan. Untuk zonasi wilayah di desa setempat ia bekerja sama dengan Babinsa dan Babinkamtibmas.

 

“Tidak ada yang sampai meninggal dunia. Semoga tidak ada,” terang dia.

 

Kepala Puskesmas Kalibagor, Kabupaten Banyumas Tri Byar Wijayanti mengemukakan, klaster salat tarawih muncul karena salah seorang yang sakit nekat ikut berjemaah.

 

“Setelah tahu ada keluhan warga, kami langsung lakukan tes terutama empat orang imam jemaah. Dan keempatnya positif. Setelah itu kami tracing dan testing dengan cepat ke warga yang ikut berjemaah dan sekitar musola. Ada puluhan warga yang positif, mereka kami bawa ke tempat isolasi,” tegasnya.

 

Ditambahkan, sebagian warga sudah bisa pulang karena sudah menjalani masa isolasi dan tidak ada gejala apapun.

 

“Hari ini sudah banyak yang pulang karena sudah menjalani masa isolasi. Tapi kami terus tracing dan testing. Bagi warga yang sulit kami selalu memberikan edukasi,” lanjutnya.

 

Untuk musalanya, jelasnya, sudah ditutup sementara waktu.

 

“Kami kerja bareng dengan Satgas Covid-19 dan perangkat desa setempat,” tambahnya.

 

Sementara, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Setyarini menyampaikan, klaster salat tarawih terjadi di dua tempat. Yakni Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor, dan Desa Tanggeran Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas.

 

“Kami sudah menangani secara langsung dengan melalukan tracing dan testing. Dan, semua warga yang positif kami isolasi di tempat yang kami sediakan di daerah Baturaden. Mereka dalam kondisi baik dan tanpa gejala. Sampai saat ini, masih terus kami lakukan tracing, testing dan treatment,” tandasnya. (Wk/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait