Alat Salat Motif Macan dari Jepara Ini Dikenal Berkat Lapak Ganjar

  • 26 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

JEPARA – Perkembangan batik di tanah air semakin pesat setelah diakui sebagai intangible cultural heritage (ICH) atau warisan budaya tak benda oleh Unesco pada 2 Oktober 2009 silam. Kini, produksi batik hampir ada pada setiap daerah di Indonesia.

 

Bukan hanya secara kuantitas produsen, batik juga lahir dengan berbagai motif dan pewarnaan. Dan, batik kerap kali dijumpai pada acara formal maupun nonformal.

 

Di Jepara, misalnya, ada batik bermotif macan (harimau) tutul. Batik yang diproduksi @mamimacan.jepara Ini terinspirasi oleh ikon macan kurung, yang diinisiasi RA Kartini. Macan kurung adalah karya ukir berbentuk harimau yang sedang dalam sangkar (terkurung). Selain ukiran, macan kurung juga sudah menjadi ikon di gapura selamat datang di Kabupaten Jepara, baik dari Demak dan Kudus.

 

Nah, batik bermotif macan tersebut memang belum seterkenal karya perajin di Pekalongan dan Solo. Tapi sejak diikutsertakan di Lapak Ganjar, permintaan batik asal Jepara ini meningkat.

 

Pencetus batik macan, Amrina Rosyida menuturkan, dia kali pertama mencetuskan batik bermotif macan pada 2018. Ia terinspirasi dari macan kurung, ikon Kabupaten Jepara.

 

“Saya suka macan, dan di Jepara ada ikon Macan Kurung, kenapa tidak dijadikan motif batik saja. Nah, dari situ saya bikin motif macan dan dikerjakan bersama pembatik yang ada di sini,” ujarnya, Senin (26/4/2021).

 

Diakui, penjualan batik karyanya hanya sebatas permintaan dari pembeli tertentu dengan jumlah terbatas. Namun, setelah ikut Lapak Ganjar, batik macan lebih dikenal dan mengudang penasaran banyak orang.

 

“Kemarin kita ikut Lapak Ganjar pas edisi perlengkapan dan peralatan salat. Kebetulan kita produksi mukena dan sajadah batik motif macan. Akhirnya banyak yang tahu batik macan ini,” tuturnya.

 

Bukan hanya batik macan, pengusaha tenun Troso, Bagus juga menceritakan usahanya yang jatuh akibat Covid-19, kembali bersemangat setelah ikut Lapak Ganjar.

 

“Dulu saya punya 10 karyawan untuk produksi tenun. Sejak ada pandemi, karyawan tinggal satu orang,” kisahnya.

 

Kebetulan, ia masih menyimpan sisa peci tenun puluhan jumlahnya. Dan, ketika diikutsertakan Lapak Ganjar langsung ludes dibeli orang.

 

“Iya, punya peci tenun langsung habis dan ludes setelah ikut Lapak Ganjar. Nah, sekarang saya produksi sarung meski punya satu karyawan,” imbuhnya.

 

Menurutnya, Lapak Ganjar dapat membantu UMKM yang sedang lesu akibat pandemi.

 

“Pengusaha butuh menghidupi usahanya. Lapak Ganjar sangat membantu untuk promosi,” tandasnya. (Wk/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait