Pinjamkan Telinga, Mata, dan Hati untuk Anak

  • 11 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Pandemi virus Corona (Covid-19) sudah berlangsung satu tahun. Selama itu pula, anak-anak mesti mengikuti pembelajaran jarak jauh melalui daring. Tak sedikit di antaranya yang sudah merasakan bosan. Lantas bagaimana menyiasati kondisi tersebut?
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, mengakui, pola pendidikan di negara ini yang lebih terbiasa dengan mendengarkan langsung penjelasan guru, membuat siswa merasa lebih nyaman mengikuti pembelajaran dengan tatap muka. Sebab, mereka bisa lebih fokus, dengan melihat body language gurunya saat memberikan penjelasan. Terlebih, bagi anak usia SD dan SMP.
Belum lagi jika mereka dihadapkan pada persoalan yang mengganggu pembelajaran daring. Atikoh menunjuk contoh, kekuatan sinyal yang berbeda antarwilayah, terutama di daerah pelosok yang relatif sulit mengakses internet. Perbedaan kondisi rumah dan komunikasi antara anggota keluarga, juga ikut mempengaruhi.
“Ada rumah yang kondusif untuk pembelajaran dan ada yang tidak. Tinggal bagaimana keluarga bisa mengoptimalkan ruangan untuk mendukung ini. Bisa menggunakan ruang keluarga atau ruang makan, yang tentunya di-setting biar nyaman. Hindari belajar di kamar karena anak mudah tergoda untuk tiduran,” ungkapnya, saat webinar “Bahagia Bersama Bunda dan Anak di Masa Sekolah Daring”, yang diselenggarakan RSJD Dr Amino Gondohutomo, Kamis (11/2/2021).
Ditambahkan, belajar dari rumah tak harus membuat anak-anak kehilangan kedisiplinan. Agar mereka tak terlena, terapkan jadwal seperti hari biasanya, seperti, mandi pagi, berpakaian rapi, dan sarapan. Sehingga metabolisme tubuh tidak berubah.
Selain itu, siapkan materi sesuai petunjuk guru. Dalam hal ini, kata Atikoh, peran orang tua diperlukan. Tidak hanya menanyakan apakah tugas sudah dikerjakan atau belum, tapi sebisa mungkin mendampingi dengan terlibat dalam proses pembelajaran. Cara semacam itu sekaligus membuat orang tua mengerti kemampuan anak, kekurangan dan kelebihannya, hingga bagaimana cara anak mengatasi persoalan.
“Sebenarnya ada aspek positif pada belajar daring. Anak belajar bertanggung jawab, lebih kreatif, dan kita sebagai orang tua bisa mendampingi, memantau kemampuan anak. Sebaliknya, kalau tidak disiplin, anak tidak jelas dan akan bermain saja,” beber Atikoh.
Dia menyarankan orang tua untuk menerapkan pola asuh ramah otak pada anak. Biasakan melakukan interaksi fisik kepada anak dengan mencium, memeluk,  mengelus kepala anak, kontak mata, dan memberikan senyuman. Interaksi verbal dengan berkata halus pada anak pun penting. Beri pujian yang produktif disertai doa, membuat anak mengerti kalau dia diperhatikan orang tuanya. Dengarkan anak untuk memahami.
Ibu satu anak ini menekankan pentingnya orang tua menjadi semacam “tong sampah”, yang siap mendengarkan untuk memahami anak. Pinjamkan telinga dengan mendengar keinginan anak, pinjamkan mata untuk memperhatikan mereka, dan pinjamkan hati dengan memberikan kasih sayang tanpa syarat atau unconditional love. Dengan begitu hormon kebahagiaan anak timbul, dan anak akan membalas dengan memberikan kebahagiaan.
“Riset menunjukkan, ketika kita mendengarkan anak-anak kita, memberikan waktu, kesabaran, dan menghargai pendapat mereka, keyakinan dan kepercayaan diri mereka meningkat. Anak yang didengarkan, rasa percaya dirinya meningkat. Mereka akan menjadi generasi unggul dan produktif. Bukan generasi pasif,” tandasnya.  (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait