Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Ceriping Puyur, Keripik Singkong Bolong dengan Tekstur Unik
- 18 Dec
- yandip prov jateng
- No Comments

TEMANGGUNG – Produksi ceriping atau keripik dengan bahan baku singkong sangat beraneka ragam. Seperti halnya yang dilakukan Rahayu Sugiyarti bersama suami, warga Desa Ngaditirto, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung, yang menjalankan usaha produksi ceriping singkong dengan bentuk yang tidak biasa dengan nama ceriping puyur.
Rahayu bersama suami memulai usaha pembuatan ceriping puyur sejak 1996 lalu, dan dikerjakan berdua saja. Usaha yang digelutinya sudah banyak menemui berbagai masalah, mulai dari susahnya mencari bahan baku hingga menurunnya permintaan pasar. Seiring berjalannya waktu semua terkendali setelah menemukan cara yang lebih baik, sehingga produksi dan kualitas ceriping bisa stabil dan enak.
Mengingat penjualan singkong harganya murah, Rahayu bersama suami mencari cara agar harga jual singkong menjadi lebih mahal. Ketemulah ide membuat ceriping dengan bahan baku singkong tersebut. Awalnya hanya akan membuat ceriping yang biasa saja, akan tetapi ternyata olahan ceriping tersebut sedikit berbeda.
“Gandheng hasile niku kok kenyul-kenyul, miyur-miyur, bolong-bolong, terus kula kalih bapake niku ngarani dijenengi ceriping puyur wae. Ngoten (Karena hasilnya itu malahan empuk, lembek, berlubang, saya dan suami memberikan julukan Ceriping Puyur),” jelas Rahayu saat dijumpai, Kamis (17/12/2020).
Rahayu dan suami sangat bersyukur dengan berproduksi ceriping puyur dapat meningkatkan harga jual singkong yang tadinya sangat rendah sekarang sudah berangsur naik. Bahkan sekarang bisa mengajak tetangga sekitar untuk membantunya dalam produksi. Selain membuka lapangan pekerjaan untuk warga desa, produksi ceriping puyur yang digeluti Rahayu dan suami juga dapat meningkatkan perekonomian warga.
“Alhamdulillah kula saget ngajak ibu-ibu desa mriki sing maune naming setunggal-kalih sakniki sampun 30 tiyang. (Alhamdulillah, saya dapat mengajak ibu-ibu di desa sini, yang semula satu-dua orang, sekarang sudah 30 orang),” imbuhnya.
Cara membuatnya pun tergolong mudah. Namun, membutuhkan ketelatenan dan kesabaran, karena tidak bisa sehari langsung jadi. Setelah bahan baku bercampur dengan bumbu masih ada proses yang membutuhkan minimal tiga hari sebelum siap dipotong dan digoreng.
Mengingat proses pemotongan masih menggunakan alat yang manual dan cukup susah, Rahayu membatasi produksi ceriping puyur tiap harinya tidak lebih dari 150 kg bahan baku. Sehingga produksi ceripingnya selalu fresh.
“Karena kita menjaga kualitas, jadi sedikitpun kita tidak menggunakan bahan pengawet,” imbuhnya.
Rahayu dan keluarga berharap agar produksi ceriping puyurnya semakin maju, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi warga. Bisa membantu pemasukan ibu-ibu rumah tangga, khususnya warga Desa Ngaditirto.
Penulis: MC TMG/Cahya;Iwan;Ekape
Editor: WH/ Diskominfo Jtg