Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Anak Tak Butuh Sayur dan Buah Berlebihan
- 12 Nov
- ikp
- No Comments

SEMARANG – Penyebab langsung gizi kurang tidak hanya asupan makanan yang kurang. Namun juga berkaitan erat dengan pola asuh yang kurang baik dan rendahnya akses pelayanan kesehatan, termasuk akses sanitasi dan air bersih.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Wahyu Setianingsih, pada Temu Kader dalam rangka Penanggulangan Masalah Kesehatan Prioritas, yang diselenggarakan Tim Penggerak PKK Jateng secara virtual, Kamis (12/11/2020). Menurutnya, gizi kurang, khususnya stunting, masih menjadi persoalan yang dihadapi bangsa ini. Sebab, berdasarkan beberapa studi, stunting akan memengaruhi kemampuan kognitif anak.
Untuk itu, pihaknya terus mendorong masyarakat, termasuk kader PKK, agar mencegah stunting sedini mungkin. Pemenuhan gizi mutlak dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, atau mulai saat dalam kandungan.
Diakui, kecukupan gizi anak tak lepas dari peran orang tua maupun orang di sekitar yang mengasuhnya. Pengetahuan mengenai gizi yang dibutuhkan anak, sangat diperlukan.
Wahyu mengungkapkan, kebutuhan nutrisi anak dan orang dewasa berbeda. Pada anak, sayur dan buah bukan makanan utama, melainkan pendamping. Jadi, jangan memberikan anak sayur dan buah berlebihan karena kedua bahan makanan itu membutuhkan waktu cukup lama untuk dicerna. Yang mesti diperbanyak justru protein dan lemak, di samping karbohidrat, untuk tumbuh kembang anak.
“Jadi, berbeda dengan orang tua, anak tidak membutuhkan sayur dan buah yang banyak,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Wahyu juga mengingatkan agar masyarakat menjaga kesehatan dan menerapkan protokol pencegahan penyebaran virus Corona (Covid-19). Yakni dengan membiasakan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.
Sementara itu, Ketua TP PKK Jateng Atikoh Ganjar Pranowo menambahkan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, melalui upaya penanggulangan masalah kesehatan prioritas. Antara lain, penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi dan anak, penurunan stunting pada balita. Selain itu mendorong peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, penurunan penyakit menular maupun tidak menular, peningkatan ketersediaan lingkungan yang bersih sehat, dan tentunya penurunan angka Covid-19 di Jawa Tengah.
“Upaya mengatasi masalah tersebut di arahkan pada konteks pendekatan promotif dan preventif. Lantas apa yang bisa dilakukan oleh kader PKK. Tentunya, banyak sekali,” bebernya.
Atikoh mengingatkan, kader PKK berperan pada setiap siklus kehidupan manusia. Dimulai dari ibu hamil, peran kader mendampingi ibu hamil yang dikenal dengan istilah ‘5 NG“ yaitu Jateng gayeng nginceng wong meteng. Semua ibu hamil didata, diajak periksa di fasilitas kesehatan terdekat, diberi penyuluhan tentang gizi seimbang, menjaga kesehatan diri dan lingkungan, imunisasi, minum tablet tambah darah, pendampingan dalam perencanaan persalinan dan penggunaan kontrasepsi pascamelahirkan.
“Untuk bayi, peran kader mendampingi ibu melahirkan untuk terus makan makanan yang bergizi, memantau pemberian ASI eksklusif pada bayinya sampai umur enam bulan, imunisasi pada bayinya, pemantauan dan stimulan tumbuh kembang bayinya, serta menjaga kebersihan dan kesehatan diri,” kata Atikoh.
Menjumpai balita, peran kader melaksanakan kegiatan Posyandu sesuai protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Pada remaja, kader mendukung bina keluarga remaja (BKR), sosialisasi kesehatan reproduksi remaja, bahaya narkoba, pergaulan bebas, pentingnya gizi bagi remaja, serta menyiapkan diri menjadi orang tua yang tangguh. Bagi lanjut usia, peran kader membentuk kelompok lansia atau Pos Lansia untuk menciptakan lansia yang tetap sehat, bugar dan produktif, terhindar dari penyakit kronis ataupun penyakit generatif.
“Jangan lupa, kader PKK harus selalu mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakak sabun, menghindari kerumunan, dan mengoptimalkan Jogo Tonggo agar Jawa Tengah bisa bebas dari Covid 19. Pada masa adaptasi kebiasaan baru jadilah pionir untuk ikut menyadarkan masyarakat untuk tidak panik, tidak menyebarluaskan informasi hoaks, dan tergerak untuk berperilaku hidup bersih dan sehat,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)



