Masa Transisi, Produsen Sarung Batik Pekalongan Kembali Bergeliat

  • 21 Jul
  • yandip prov jateng
  • No Comments

KOTA PEKALONGAN – Memasuki masa transisi kebiasaan baru, para produsen sarung batik di Kota Pekalongan kembali bergeliat setelah sempat vakum beberapa bulan. Meski perlahan, para pemilik usaha tekstil tersebut optimistis barang-barang produksinya akan kembali diburu pembeli.

Hal itu diungkapkan salah seorang pemilik rumah produksi sarung batik, Mastur. Menurutnya, pandemi Covid-19 cukup berimbas terhadap penjualan sarung batik produksinya. Namun, ketika era adaptasi kebiasaan baru mulai berlaku, permintaan produksi pun kembali berdatangan.

“Di era adaptasi kebiasaan baru ini sedikit demi sedikit permintaan sudah mulai ada peningkatan dibandingkan pada saat adanya Covid-19, di mana kendalanya kami ada keterbatasan pengiriman ke luar daerah, dan langkanya bahan baku. Dalam sehari kami bisa produksi satu kodi, dan permintaan biasanya kebanyakan datang dari daerah Kudus dan kota atau kabupaten di Jawa Timur,” jelas Mastur saat berdialog dengan Wali Kota Pekalongan, di rumah produksinya, di Kelurahan Pringrejo, Kecamatan Pekalongan Barat, Sabtu(18/7/2020).

Sementara itu, Wali Kota Pekalongan, HM Saelany Machfudz, menyatakan, Pemerintah Kota Pekalongan telah menggagas pemakaian sarung batik sejak 2018 lalu. Peluncuran tersebut merupakan bagian dari upaya Pemkot Pekalongan untuk mempertahankan predikat Kota Kreatif yang diberikan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Saelany menjelaskan, pemakaian sarung batik merupakan budaya masyarakat Pekalongan tempo dulu, serta tradisi yang harus terus dihidupkan dari generasi ke generasi. Gerakan memakai sarung batik, imbuhnya, berdampak luar biasa untuk perekonomian Kota Pekalongan.

“Memang ini ada siklusnya ketika awal di-launching sarung batik ini booming luar biasa, pesanan-pesanannya dari luar daerah. Namun, ketika adanya pandemi Corona sedikit agak lesu karena para pengrajin sempat vakum berjualan beberapa bulan. Tapi sekarang, alhamdulillah dengan adanya kelonggaran dan tetap patuhi protokol kesehatan, penjualan sarung batik Pekalongan mulai bangkit kembali, dan mengalami peningkatan terlebih lagi sudah dimulainya aktivitas belajar para santri di pondok,” terang Saelany.

Wali kota berharap, pemberlakuan masa adaptasi kebiasaan baru dapat membuka peluang bagi para perajin sarung batik untuk tetap berkreasi. Sehingga, terciptalah berbagai produk yang berkualitas. Lebih lanjut, Saelany menambahkan, pihaknya akan meminta kepada pimpinan BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta di Kota Pekalongan untuk menerapkan penggunaan sarung batik sebagai salah satu seragam pegawainya.

“Sarung batik ini tidak hanya dipakai oleh para santri, tetapi siapa pun masyarakat bisa pakai. Sudah kita terapkan pemakaian sarung batik pada ASN Pemkot. Kami juga akan meminta instansi vertikal, perbankan, BUMN, BUMD, dan instansi swasta menerapkan hal serupa,” papar Saelany.

Penulis: Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan
Editor: Tn/Diskominfo Jateng

Berita Terkait