Penghargaan Tak Sekadar Berupa Uang

  • 09 Jun
  • Prov Jateng
  • No Comments

Sragen – “Menurut kalian, apakah bapak/ ibu guru perlu mendapatkan penghargaan atas pengabdiannya sebagai guru? Jika iya, penghargaan seperti apa yang patut diberikan?”

Pertanyaan itu dilontarkan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP dalam acara Gubernur Mengajar di SMK Negeri 2 Sragen, Jumat (9/6). Beberapa siswa langsung mengacungkan tangannya. Ganjar pun memilih Galih. Siswa kelas XI itu berpendapat, pengabdian seorang guru layak diapresiasi. Dia mengusulkan agar negara memberi sarana prasana yang memadai, seperti rumah dinas dan gaji layak.

“Dari hati saya yang paling dalam, saya sampaikan terima kasih kepada bapak/ ibu guru,” ujarnya.

Jawaban Galih pun disambut tepuk tangan para guru. Apalagi, puluhan guru di SMKN 2 belum berstatus PNS.

Senada disampaikan Lintang. Siswi jurusan teknik jaringan komputer itu menyampaikan, seorang guru adalah sosok penting bagi dunia pendidikan. Maka dia berharap agar pemerintah bisa memberi tunjangan kesejahteraan yang memadai. Selain itu, bagi guru non PNS diberi kemudahan dalam mengikuti ujian CPNS.

Mendengar jawaban yang bagus itu, Ganjar lantas menanyakan apa pendapat para siswa, apabila penghargaan bagi para guru tersebut berupa pemberian tambahan nilai bagi anak-anaknya yang hendak masuk sekolah.

Siswa bernama Panji pun menyatakan tidak setuju dengan kebijakan itu. Menurutnya, kebijakan pemberian tambahan nilai bagi anak guru tidak adil bagi siswa yang lain.

“Tidak setuju karena saya bukan anak guru dan anak di luar sana banyak yang bukan anak guru,” tandas dia.

Senada dengan Panji, Umi menyampaikan menolak kebijakan itu. Sebab, yang mengabdi adalah orang tuanya. Sehingga, yang harus diberi penghargaan mesti orang tuanya langsung.

Menyikapi jawaban penolakan itu, Ganjar lantas menjelaskan, penambahan nilai bagi anak guru merupakan bentuk insentif atas pengabdian orang tuanya yang berprofesi sebagai guru. Kebijakan tersebut merupakan amanat Undang-Undang Guru dan Dosen. Dia kemudian menganalogikan dengan kebijakan perusahaan swasta yang memrioritaskan perekrutan bagi anak pegawainya yang sudah lama mengabdi.

“Ini sama dengan misalnya orang tuamu bekerja di suatu perusahaan dan kemudian perusahaan mempunyai kebijakan memrioritaskan anak pegawainya untuk diterima ketika mengadakan rekruitment,” jelasnya.

Ditambahkan, penjelasan yang disampaikan bertujuan agar siswa tahu pemberian penghargaan tidak hanya berupa uang atau materi lainnya. Tapi bisa dalam bentuk lain. Salah satunya dengan memberi tambahan nilai bagi anak guru. Pemberian tambahan nilai itu diharapkan bisa memudahkan anak guru dalam mengakses pendidikan. Sebab, tidak semua guru mampu secara ekonomi.

Di samping itu, dia mengajak para siswa untuk tidak menelan mentah semua informasi yang beredar. Informasi yang diterima perlu senantiasa dikonfirmasi.

“Seringkali kita sudah langsung memercayai informasi yang diterima. Tiba-tiba ternyata ngapusi, hoax. Mengapa? Karena literasi kita kurang. Karena membacanya kurang. Karena kurang membaca, maka kurang ilmu pengetahuan. Karena kurang ilmu pengetahuan, menjadi tidak tahu. Karena tidak tahu, seringkali salah dalam mengambil keputusan,” urainya.

Usai mengajar di SMK N 2 Sragen, Ganjar menuju Ponpes Walisongo. Kepada para santri dirinya berpesan untuk selalu menghormati keberagaman latar belakang kawa-kawannya.

“Pelangi tidak indah kalau hanya satu warna. Di ponpes ini, santri belajar menghormati keberagaman latar belakang kawan-kawan dg tetap menjaga keutuhan NKRI,” pesannya.

Dia juga menyerahkan hibah pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 60 juta kepada pengasuh Ponpes Walisongo KH Maruf Islamuddin untuk pembangunan gedung.

Ganjar dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Didampingi Bupati Sragen dr Hj Kusdinar Untung Yuni Sukowati, pihaknya membagikan paket sembako kepada keluarga kurang mampu dan bantuan Rp 50 juta untuk pembangunan MCK Pondok Pesantren Manbauth Thoyyibah, Sempurejo, Jambangan, Mondokan, Sragen.

Di hadapan warga Desa Sambirejo, gubernur berpesan agar mereka turut menyukseskan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Yaitu dengan cara memberikan perhatian lebih kepada ibu hamil yang ada di sekitar mereka, mengingatkan ibu hamil untuk rutin memeriksakan kandungan ke bidan atau Puskesmas terdekat agar bayi dan ibu selalu sehat. Dengan demikian, angka kematian ibu hamil (AKI) di kabupaten tersebut dapat ditekan.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait