Jangan Ada “Kanan Pol” dan “Kiri Pol”

  • 01 Jun
  • Prov Jateng
  • No Comments

 

Semarang – Di usianya yang ke-72 tahun, Indonesia mengalami ujian ideologi bangsa, Pancasila, yang tidak ringan. Antara lain ujian kebhinnekaan, sikap tidak toleran yang mengusung ideologi selain Pancasila, dan penyalahgunaan media sosial yang menyebarkan berita hoax atau bohong.

“Kita perlu belajar dari pengalaman buruk negara lain yang dihantui radikalisme, konflik sosial, terorisme dan perang saudara. Dengan Pancasila dan UUD 45 dalam bingkai NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, kita bisa terhindar dari masalah tersebut. Kita bisa hidup rukun dan bergotong royong untuk memajukan negeri,” kata Presiden RI Ir H Joko Widodo dalam sambutannya pada Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila untuk kali pertama yang dibacakan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, di Halaman Kantor Gubernur, Kamis (1/6) .

Dengan Pancasila, lanjutnya, Indonesia menjadi harapan dan rujukan bagi masyarakat Internasional untuk membangun dunia yang damai, adil dan makmur di tengah kemajemukan. Sebab, Pancasila lahir dari jiwa besar para founding fathers, para ulama, dan para pejuang kemerdekaan dari seluruh pelosok nusantara dengan proses yang panjang. Mulai dari rumusan Pancasila yang dipidatokan Presiden Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPK, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, dan tercapai kesepakatan rumusan final Pancasila pada 18 Agustus 1945. Kesepakatan itulah yang mampu mempersatukan bangsa.

Hal senada disampaikan Gubernur Ganjar Pranowo. Peringatan Hari Lahir Pancasila diharapkan bisa mengingatkan seluruh elemen masyarakat, di mana proses lahirnya Pancasila tidak dengan serta merta. Tapi dari hasil penggalian, pemikiran, dan kesadaran batin yang ada di tengah masyarakat.

“Dan tentu saja ini cerminan dari nilai-nilai yang terkandung dalam bumi pertiwi. Maka sepakat bahwa kita akan mengamalkan, mengamankan dan melaksanakan itu (nilai-nilai Pancasila),” tuturnya.

Melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila, harapannya bisa menjadi tameng bersama ketika ada radikalisme, ataupun ideologi-ideologi lain. Ganjar pun meminta agar masyarakat Jawa Tengah bisa menjadi mata, telinga, dan otot untuk selalu mengawasi.

“Istilah saya kanan pol dan kiri pol tidak boleh. Semua harus masuk pada frame Pancasila. Saya harapkan masyarakat Jateng jadi mata, telinga, ototnya negara untuk selalu mengawasi jalannya Pancasila. Sehingga kalau ada penyelewengan, segera dengan mata, telinga, dan otot, segera kita akan di garis paling depan untuk mengamankan,” tandasnya

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait