BANK INDONESIA APRESIASI GERAKAN ‘MACAN MANIS’

  • 13 Apr
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

PURBALINGGA – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto mengapresiasi gerakan “Macan Manis (Mama Cantik Menanam Cengis/Cabai Rawit) yang dicanangkan Pemkab Purbalingga. Meski gerakan menanam cabai itu bukan yang pertama di wilayah kerja Bank Indonesia Purwokerto, namun gerakan kali ini lebih luas dan melibatkan ribuan orang. Bahkan, gerakan itu mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

“Menurut kami, gerakan menanam cengis atau cabai ini luar biasa. Memang, ini bukan yang pertama. Jadi kalau di wilayah kerja kami, gerakan menanam cabai ini sudah dimulai pertama di Cilacap, kemudian di Banjarnegara, kemarin di Banyumas, dan ini yang keempat di Purbalingga,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Ramdan Denny Prakoso usai menghadiri pencanangan Gerakan “Macan Manis” di Alun-Alun Purbalingga, Selasa (11/4).

Denny mengatakan, gerakan menanam cabai di Purbalingga luar biasa karena pemkab setempat bisa mengerahkan 5.530 ibu-ibu yang tergabung dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), anggota dharma wanita dan organisasi wanita lainnya, masing-masing menanam empat batang bibit cabai rawit. Peserta menanam cabai bersama itu tersebar di 18 kecamatan se-Kabupaten Purbalingga.

“Harapan kami, kegiatan menanam cabai bisa menjadi budaya dan menyebar hingga ke pelosok Purbalingga. Selanjutnya rumah tangga di Purbalingga mampu untuk memenuhi kebutuhan cabainya sendiri,” katanya.

Ketika ditanya soal harga cabai rawit merah yang cenderung menurun, Denny mengatakan salah satu penyebabnya adalah membaiknya suplai cabai di pasaran karena kondisi cuaca mulai membaik. Selain itu, secara persepsi dan ekspektasi menunjukkan gerakan menanam cabai di hampir seluruh daerah memberikan dampak psikologis bahwa harga cabai dapat dikendalikan pada masa yang akan datang.

Denny mengakui berdasarkan data di dua kota pantauan inflasi, yakni Purwokerto (Kabupaten Banyumas) dan Cilacap dalam beberapa bulan terakhir, cabai rawit bukan lagi menjadi penyumbang inflasi. “Bahkan sekarang, cabai menjadi salah satu elemen penyumbang deflasi di Purwokerto dan Cilacap,” kata Denny.

Fasilitasi Petani Cabai

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga Ir Lily Purwati mengatakan, pihaknya juga menggerakan penanaman cabai di kalangan petani. Pemkab Purbalingga mendukung gerakan penanaman cabai besar dengan fasilitasi kegiatan berupa bantuan alat mesin pertanian (alsintan) berupa cultivator, pompa air, handsprayer, serta bantuan mulsa untuk 18 kelompok tani di Purbalingga. Bantuan bersumber dari dana APBN itu dengan sasaran 75 hektar tanaman cabai.

Selain itu, juga fasilitasi untuk budidaya kawasan cabai rawit  seluas 25 hektar yang bersumber dari dana APBN. Bantuan yang diberikan berupa alsintan dan mulsa untuk enam kelompok tani.  Kegiatan cabai besar bersumber dana APBD Provinsi seluas 2 hektar berupa bantuan sarana produksi (benih, mulsa, pupuk organik padat, dan pupuk organik cair) yang diberikan kepada kelompok tani Sigintung Desa Cipaku, Kecamatan Mrebet.

“Fasilitasi lainnya yang diberikan melalui APBD Provinsi yakni bantuan tanaman cabai dalam polibag sejumlah 3.900 buah untuk kelompok wanita tani Wiji Dadi Kelurahan Purbalingga Lor. Sedang bantuan saprodi cabai besar di pekarangan dengan sumberdana dari APBN sejumlah 54.000 polibag untuk 27 kelompok wanita tani,” kata Lili Purwati. (yit)

 

Berita Terkait