Saat Nawal Kagumi Kerajinan Karya Para Disabilitas Jepara

  • 01 Jul
  • ikp
  • No Comments

JEPARA – Tangan-tangan terampil cekatan mencipratkan cairan pewarna ke atas sehelai kain putih. Cipratannya acak tak beraturan, namun jika dilihat secara seksama dan semakin lama, keindahannya pun muncul.

Corak batik itu tak terpola. Melalui cipratan cairan pewarna, seperti warna hijau, merah, dan kuning, seketika motif batik terbentuk. Warna-warni cipratan batik menyatu dengan kain.

Tiga orang lelaki mengenakan baju batik sibuk membuat batik. Ketiganya adalah penghuni Rumah Pelayanan (Rumpel) Sosial Disabilitas Mental Waluyotomo Jepara, Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.

Keterbatasannya, tak lantas membatasi kemampuan mereka. Justru, keterampilannya secara bebas muncul dari hati yang jujur. Bahkan, saat Ketua Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Jawa Tengah Nawal Arafah Yasin bersama rombongan, berkesempatan melihat mereka berkarya, mereka tetap serius melanjutkan goresan dan cipratan kuasnya.

“Bagus sekali karyanya. Ini karya batik, ya. Keren lho warnanya,” kata Ketua BKOW Provinsi Jateng, Nawal yang diamini peserta rombongan di lokasi, Selasa (1/7/2025).

Nawal mengatakan, di panti itu para penyandang disabilitas mental mendapatkan pelatihan pembuatan keterampilan membuat batik ciprat, yang hasilnya sudah bisa dipasarkan hingga Jakarta.

“Karyanya bagus, batiknya juga bagus. Warnanya menarik. Mereka melakukan sendiri. Satu kain dicipratkan warna sendiri oleh tiga orang, sesuai dengan keinginan sendiri,” puji Nawal.

Selain juga yang tidak kalah kerennya, yaitu mereka membuat pot yang bahannya berasal dari kain bekas dicampurkan semen. Menurutnya, karya mereka bagus.

“Ini luar biasa,” ucapnya.

Kegiatan Bakti Sosial BKOW Provinsi Jawa Tengah bertema Peduli dan Berbagi Berkah bagi Sesama Rumah Pelayanan (Rumpel) Sosial Disabilitas Mental Waluyotomo Jepara, Selasa (1/7/2025), itu berlangsung meriah.

Kepala Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPSLU) Potroyudan, Jepara, Nur Chibtiyah menyampaikan, para disabilitas mental mendapatkan pelatihan pembuatan kerajinan. Ada 95 orang penyandang disabilitas di tempatnya.

“Dalam panti, mereka dilatih batik ciprat. Di sini sudah ada galerinya. Mereka bisa mengekspresikan galaunya, sedihnya, senangnya ada di batik ciprat. Batiknya laris,” jelasnya di lokasi.

Menurut Chibtiyah, selama ini batik mereka dijual di pameran, serta melalui media sosial. Dengan membuat karya batik ciprat, ujarnya, mereka bisa melakukan fungsi sosial dan bisa bekerja. Mereka juga bisa mendapatkan uang dari penjualan batik, kemudian uang ditabung.

“Selain batik, juga yang diapresiasi ibu (Nawal) ada juga kerajina pot dari kain bekas. Pot harga Rp50 ribu-Rp200 ribu. Batik Rp165 ribu. Batiknya tidak luntur,” jelasnya.

Pelaksana Tugas Sekretaris Dinas Sosial Provinsi Jateng, Endah Dwi Setyorini mengatakan, pihaknya tak hanya melayani warga panti, yang dalam hal ini orang terlantar. Mereka juga dilatih agar punya pekerjaan.

“Panti kami tidak hanya melayani orang terlantar tapi mereka juga yang tidak memiliki pekerjaan. Ketika mereka masuk panti kami tidak hanya melayani kebutuhan dasar, tapi juga mereka diajarkan kemandirian. Sehingga, mereka dilatih pelatihan kreatif yang nanti harapannya setelah keluar dari panti, yang bersangkutan bisa hidup mandiri di tengah masyarakat,” tandasnya. (At/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait