Melongok PPI Jateng 2024, Ada Alat Penjernih Limbah, Lampu Minyak Goreng, Hingga Injektor Biogas

  • 10 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

CILACAP – Gelaran Pameran Produk Inovasi (PPI) Jawa Tengan 2024 di Alun-Alun Kabupaten Cilacap, berlangsung meriah dan ramai pengunjung, Rabu (10/7/2024). Lebih dari 53 inovator dari berbagai daerah berunjuk gigi hasil karya kreasi dan inovasi.

Salah satunya adalah stan dari Kabupaten Sragen, yang mampu mencuri perhatian dari pengunjung. Yakni dengan inovasi Alat Penjernih Air Limbah (Alpa) dan lampu portabel alternatif Priskol yang berbahan bakar minyak goreng.

Alpa menjadi menarik karena diciptakan sebagai langkah solutif persoalan limbah-limbah domestik, yang diakibatkan produksi UKM atau rumahan. Lebih dari itu, alat dengan metode elektrolis tersebut diciptakan oleh santri.

Ketua Tim Penciptaan Alpa, Muhammad Hanif Al Falah, mengatakan, munculnya ide membuat Alpa berawal dari kegelisahan petani yang sawahnya tercemar oleh limbah produksi rumahan.

“Kami ini siswa SMA Science Plus Baitul Quran Boarding School, Sragen, yang lokasinya dekat dengan area persawahan. Dan, kami melihat ada beberapa persoalan limbah yang memengaruhi kondisi sawah, seperti di daerah Sukoharjo,” ceritanya.

Ditambahkan, limbah UKM yang dibuang secara langsung tanpa diolah, mengakibatkan produksi pertanian terhambat. Untuk itu, melalui ekstrakurikuler sekolah, dibentuk tim untuk penciptaan alat tersebut.

“Alat ini menggunakan metode elektrolis untuk mendegradasi limbah. Cara kerjanya, alat terhubung ke listrik ac agar listrik mengalir ke elektrodre. Kemudian penampung air limbah yang sudah ada elektrodenya, akan bereaksi menjernihkan air. Alat ini juga dilengkapi dengan monitor PH,” jelasnya.

Hanif berharap, Alpa bisa terus dikembangkan, sehingga mampu menjadi solusi pengurangan limbah air akibat produksi UKM.

“Ini terus akan kami kembangkan, agar bisa diproduksi dan dimanfaatkan masyarakat untuk mengurangi limbah air,” tuturnya.

Berbeda dengan lampu portabel alternatif Priskol karya Arfian Nova Hermawan, warga Desa Miri Kecamatan Kedawung, Sragen. Lampu tersebut bisa menyala hanya menggunakan bahan bakar minyak goreng, tanpa baterai dan tidak perlu di-charge.

“Lampu ini menggunakan sistem konversi energi panas menjadi energi listrik. Di mana panasnya berasal dari minyak goreng,” tuturnya.

Menurut Arfian, lampu hasil inovasinya itu lebih efektif sebagai alternatif pencahayaan saat listrik padam.

“Karena hanya menggunakan minyak goreng, lampu led bisa hidup. Dengan 50 ml minyak goreng dapat menyalakan lampu lima sampai enam jam,” katanya.

Tak kalah inovatif, stan Kabupaten Batang menampilkan injektor biogas. Menariknya, alat itu mampu menyimpan dan mengawetkan produksi gas bio, dari sistem biodigester penghasil gas metan.

Inovator alat injektor biogas, Moh Arief Edyanto mengatakan, ada beberapa keunggulan dari alatnya terebut. Di antaranya, biogas dapat didistribusikan dengan mudah, serta menjadi alternatif untuk cadangan energi minim polusi dan ramah lingkungan.

Bahan dan material pembuatan alat mudah didapat dan tersedia di lingkungan, sehingga menunjang teknik aplikatif penyimpanan biogas dalam tabung.

“Selain itu penerapannya mudah dan aman pada skala rumah tangga, serta injektor dapat juga berfungsi ganda sebagai kompresor angin,” tandasnya. (Wk/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait