9 Kecamatan di Cilacap Jadi Percontohan Pengelolaan Sidat Berkelanjutan 

  • 23 Jan
  • yandip prov jateng
  • No Comments

CILACAP – Sebanyak sembilan kecamatan dijadikan lokasi program percontohan pengelolaan perikanan darat berkelanjutan, khususnya ikan sidat. Kesembilan kecamatan tersebut adalah Kedungreja, Patimuan, Kampung Laut, Majenang, Bantarsari, Kroya, Adipala, Nusawungu, dan Sampang.

 

 

 

Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Cilacap, Sujito, menyampaikan, wilayahnya merupakan salah satu habitat sidat berbagai ukuran, mulai dari glass eel, elver, hingga sidat untuk konsumsi. Cilacap juga menjadi penghasil utama sidat di Pulau Jawa, dengan luasan lahan budi daya sidat mencapai 17,8 hektare. Pada 2023, hasil produksi budi daya sidat mencapai 27,36 ton.

 

 

 

Sujito menyebutkan, sejak 2018, Cilacap telah ditetapkan sebagai lokasi pengelolaan sidat oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Global Environment Facility (GEF), dan Food and Agriculture Organization (FAO), melalui Proyek I-Fish. Proyek tersebut merupakan program pengelolaan sumber daya, upaya konservasi, dan pemanfaatan perikanan sidat yang lebih baik dan berkelanjutan.

 

 

 

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan KKP, GEF, dan FAO dalam pengembangan pengelolaan sidat berkelanjutan di Cilacap. Kami berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya pelaku usaha sidat,” ujar Sujito, di Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja, Senin (22/1/2024).

 

 

 

Lebih lanjut, pemkab juga memberikan dukungan terhadap program tersebut, melalui Pencanangan Kampung Sidat di Desa Kaliwungu, pada 2018. Di bawah naungan Koperasi Mina Sidat Bersatu, pengelolaan sidat dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.

 

 

 

Penggagas Koperasi Mina Sidat Bersatu, Ruddy Sutomo, mengatakan, pangsa pasar ikan sidat masih sangat besar. Sidat Cilacap banyak diminati oleh pasar ekspor, terutama Jepang, Taiwan, dan Hong Kong.

 

 

 

“Kami terus menggenjot produksi sidat, tetapi juga tetap memegang komitmen untuk konservasi. Kami melakukan restocking benih sekitar 2,5 persen di sungai-sungai, dan merilis sebagian indukan, supaya terus terjaga ketersediaan benih sidat,” tutur Ruddy.

 

 

 

Kepala GEF OFP, Eko Nugroho, menilai, pengelolaan sidat di Cilacap telah berjalan sesuai dengan rencana aksi nasional konservasi ikan sidat. Ia berharap, kabupaten itu dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain, dalam pengembangan perikanan darat berkelanjutan.

 

 

 

“Kami berkomitmen untuk terus mendukung Cilacap dalam pengelolaan sidat berkelanjutan. Kami juga berharap kerja sama dengan FAO dapat terus berjalan dengan baik, memberikan dampak positif bagi masyarakat, lingkungan, dan perekonomian,” ucap Eko

 

 

 

Senada, Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, juga mengapresiasi keberhasilan Cilacap dalam mengembangkan budi daya sidat. Pihaknya siap membantu Cilacap dalam hal peningkatan kapasitas, teknologi, dan pemasaran sidat.

 

 

 

“Kami sangat terkesan dengan konsep satu kampung satu ikan yang diterapkan di Cilacap. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Cilacap memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi dalam mengelola sidat. Kami berharap ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia,” kata Rajendra.

 

 

 

 

 

Penulis: dn, Kominfo Cilacap

Editor: Tn/Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait