Tangkal Hoaks Jelang Pemilu, Pemkab Wonogiri Gelar Sosialisasi Literasi Digital

  • 30 Oct
  • yandip prov jateng
  • No Comments

WONOGIRI – Guna mengantisipsi penyebaran hoaks, berita bohong, ujaran kebencian, dan konten berbau Sara, Pemkab Wonogiri menggelar Sosialisasi Literasi Digital. Kegiatan yang diinisiasi Dinas Kominfo Kabupaten Wonogiri ini mengangkat tema “Penginderaan Hoaks Jelang Pemilu 2024”.
Kepala Bidang Statistik, Informasi, dan Komunikasi Publik Dinas Kominfo Wonogiri, Broto Susilo mengatakan, jelang Pemilu 2024, isu-isu negatif, konten hoaks, dan hate speech berpotensi akan menyeruak.
“Karenanya, kami rasa menjadi sangat penting menggelar Sosialisasi Literasi Digital ini bagi para insan media, pengelola akun media sosial komersil, dan unsur-unsur yang terlibat dalam Pemilu seperti KPU dan Bawaslu,” ujar Broto.
Broto menyampaikan, tujuan digelarnya acara ini adalah untuk meningkatkan kepekaan para konten kreator dan insan media dalam menyebarluaskan berita pemilu, sehingga dapat menekan dan meminimalkan konten, tulisan, atau berita bernada Sara, bohong, dan negatif terkait Pemilu.
“Lebih jauh, tentunya untuk menjaga kondusivitas Kabupaten Wonogiri dalam menyongsong perhelatan besar pemilihan anggota legislatif, presiden, dan kepala daerah yang dilaksanakan serentak di tahun 2024 mendatang,” terang Broto.
Kegiatan yang digelar di Graha Personalia BKD Wonogiri, Jumat (27/10/2023) ini dihadiri oleh 50 orang peserta yang berasal dari kalangan media partner Pemkab Wonogiri, Imapres, Akademisi, KPU, Bawaslu, dan unsur-unsur lainnya.
Erwina Tri dan Guntur Wahyu dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Soloraya menjadi narasumber untuk menyampaikan dua materi, yakni Penginderaan Hoaks Jelang Pemilu dan Jeli Memeriksa Fakta Sebelum Bicara.
Dalam paparannya, Guntur menjelaskan, hoaks merupakan informasi, kabar, berita yang palsu atau bohong.
“Hoaks yaitu informasi yang dibuat-buat atau direkayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya. Dengan kata lain, hoaks diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah meyakinkan akan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Tujuan dari hoaks adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan,” ungkapnya.
Sementara Erwina menambahkan, bahwa seiring perkembangan teknologi Informasi yang semakin pesat, penyebaran hoaks pun menjadi sangat mudah, terutama di kalangan pengguna media sosial (medsos).
Salah satu penyebab tingginya penyebaran hoaks di Indonesia adalah karena kecakapan literasi digital masyarakat yang masih cukup rendah.
“Sebagian besar dari masyarakat masih enggan berpikir kritis dan kurang memperoleh literasi digital. Di sisi lain, ada indikasi sikap kurang percaya kepada pemerintah, berikut belum pandainya masyarakat memilih dan memilah sumber informasi mana yang akurat dan yang abal-abal,” ujarnya.

Penulis : SIKP_kominfowng
Editor: WH/DiskominfoJtg

Berita Terkait