Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
PDAM Tirtonegoro Sragen Komitmen Naikkan PAD Tahun 2023
- 19 Jun
- yandip prov jateng
- No Comments

SRAGEN – Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirtonegoro Kabupaten Sragen berkomitmen menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di tahun 2023 dengan mengupayakan pencapaian laba.
Hal tersebut diungkapkan Dirut PDAM Tirtonegoro Hanindya Heru Prayitno pada kegiatan Pelatihan Motivasi yang dihadiri oleh seluruh karyawan dan karyawati PDAM Sragen di Ndayu Park Sabtu siang (17/6/2023).
“Tahun lalu kita sudah menaikkan PAD, dan tahun ini kita juga komitmen naik dan tidak boleh turun. Tahun lalu PAD kami Rp2,7 miliar dan tahun ini komitmen kami menjadi Rp2,85 miliar,” terang Hanindya.
Walaupun diakuinya tantangan yang dihadapi saat ini cukup berat, seperti tantangan eksternal yaitu banyaknya pembangunan Pamsimas melalui pokok pikiran (pokir) atau dana aspirasi DPRD.
“Kami lakukan pendekatan. Aturannya jelas untuk Pamsimas tidak boleh beroperasi di wilayah PDAM. Jika komitmen sudah kita pegang bersama, maka Pamsimas beroperasi di wilayah luar PDAM,” ujarnya.
Namun menurut Hanindya, tidak menutup kemungkinan PDAM akan berkolaborasi dengan DPRD untuk pengelolaan dana aspirasi tersebut, agar program air bersih tetap dapat berjalan dan tidak merugikan masyarakat.
Hanindya mengatakan, saat ini jumlah pelanggan PDAM sekitar 70.600 sambungan yang melayani 19 kecamatan. Saat ini hanya Kecamatan Miri yang belum terlayani.
“Kami sedang melakukan visibilities study atau study kelayakan dari partner kami PT. Oasen dari Belanda untuk pengolahan air Waduk Kedung Ombo. Di Miri nanti di beberapa desa akan menggunakan sumur dalam meskipun debit airnya kecil. Kita akan berhitung investasi untuk jangka panjangnya. Meskipun dari sisi bisnis kurang menjanjikan kami akan lebih mengarah memberikan pelayanan kepada masyarakat,” imbuhnya.
Penggunaan air di Kabupaten Sragen, lanjutnya, hampir 95% diambil dari sumur dalam, sedangkan 5% nya mengambil air permukaan dari sumber air Gumeng (Karanganyar). Sumber air baku dari sungai maupun waduk belum dikeloaa karena setelah dilakukan visibilities study biayanya jauh lebih besar.
“Setelah dilakukan visibilities study di WKO banyak sekali kotoran dari keramba sehingga tidak layak untuk dikelola air bersih. Untuk itu banyak kita lakukan air sumur dalam. Jika tidak tercapai FCR (Full Cost Recovery) akan dilakukan subsidi silang dari selatan Bengawan ke utara Bengawan Solo,” ujarnya.
Penulis : Mira/Yuli_Diskominfo Sragen
Editor : WH/DiskominfoJtg