BPBD Jateng dan Pati Tangani Banjir Bandang Pati

  • 02 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

PATI – Banjir yang terjadi di Kabupaten Pati mendapatkan atensi penuh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah. Selain pemenuhan kebutuhan penyintas, BPBD Jateng juga mengimbau warga di dekat sungai waspada jika hujan deras terjadi dalam jangka lebih dari satu jam.

Seperti diketahui enam kecamatan di Pati terdampak banjir yang terjadi pada Kamis (30/11). Keenam kecamatan itu adalah Winong, Tambakromo, Gabus, Juwana, Jakenan, dan Sukolilo. Hingga Jumat pukul 10.00 WIB, beberapa wilayah telah surut, namun adapula yang masih tergenang seperti Juwana akibat luapan Sungai Silugangga.

Kabid Penanganan Darurat BPBD Jateng Dikki Rulli Perkasa mengatakan, warga yang mengungsi telah mendapatkan penanganan dasar. Mulai dari kebutuhan logistik dan akses kesehatan.

“Untuk kondisi sekarang, yang terdampak secara emosional sudah tertata. Jikalau dirasa aman, mereka pulang (siang hari), untuk melakukan pembersihan rumah. Namun untuk malam hari mereka tetap di pengungsian,” ujarnya, dihubungi Jumat (2/12/2022).

Secara umum, ia menjelaskan kebutuhan dan situasi di lokasi terkendali. Selain itu, saat kejadian relawan penanggulangan bencana dari Demak, Jepara, Grobogan, dan Rembang, langsung bahu-membahu memberikan bantuan.

Berdasarkan laporan data per tanggal 2 Desember2022, pukul 10.00, pengungsian terdapat di Desa Sinomwidodo berjumlah 200 jiwa. Korban jiwa tercatat dua orang atas nama Sumirah (65) dan Su Ami (61) warga Desa Sinomwidodo, Kecamatan Tambakromo. Sedangkan luka ringan ada tujuh orang berasal dari Sinomwidodo.

Data rumah rusak sementara, di Desa Sinomwidodo ada tiga unit rumah roboh, 212 unit rusak sedang dan 417 unit rusak ringan. Adapun, di Desa Godo ada dua rumah terdampak banjir.

Sementara itu, ada beberapa infrastruktur yang terhempas banjir. Tercatat ada 2 jembatan penghubung antar dukuh yang ambrol di Desa Kropak, Kecamatan Winong sebuah jalan penghubung tergerus aliran sungai dan satu desa di Desa Gunungpanti Kecamatan Winong ambrol. Selain itu, 21 ternak tercatat terdampak. Rinciannya 12 ekor kambing hanyut, tiga ekor sapi hanyut, dan enam ekor sapi mati di kandang.

“BPBD Provinsi Jateng telah mengirikan tim pendamping dan logisitik berupa 50 kilogram beras, 10 kardus mie instan, 2 kardus sarden, minyak goreng dan 40 lembar selimut,” ujarnya.

Selain itu, telah didirikan dapur umum di Desa Godo, Desa Sinomwidodo, dan dapur umum dari Dinsos (Tagana). Selain itu telah didirikan juga fasilitas kesehatan di Dusun Tamansari, Desa Godo.

“Giat pembersihan lumpur oleh BPBD dari Provinsi Jateng, BPBD Jepara serta komunitas relawan juga telah dilakukan,” ungkap Dikki.

 

 

Langkah Perbaikan

 

Sementara itu, Pj Bupati Pati Henggar Budi Anggoro, saat dikonfirmasi via telepon, Jumat (2/12/2022) menyebut, kebutuhan dasar warga terdampak banjir bandang yang terjadi pada Kamis (30/11/2022) telah terpenuhi. Bahkan, warga sudah kembali ke rumah masing-masing begitu air surut.

Ia menjelaskan, banjir disebabkan meluapnya air di aliran Sungai Godo. Wilayah terdampak meliputi Desa Gunungpanti, Desa Kropak (Kecamatan Winong) dan Desa Sinomwidodo (Kecamatan Tambakromo). Selain itu, wilayah di Kecamatan Gabus juga terdampak.

Henggar tidak mau berspekulasi terkait penyebab pasti banjir di wilayahnya. Ia menyebut, evaluasi terhadap penyebab banjir memerlukan waktu dan kajian komprehensif. Namun demikian, perbaikan lingkungan di Pegunungan Kendeng menjadi hal mutlak untuk dilakukan.

“Rekonstruksi (bangunan) terdampak bencana banjir akan dilakukan langkah perbaikan. Selain itu, perbaikan lingkungan, karena adanya pembukaan lahan hutan sosial untuk tanaman produktif yang seharusnya tidak menghilangkan tanaman keras, tapi kenyataanya banyak disalahartikan. Nah terkait itu, saya akan moratorium pembukaan hutan sosial dan berkomunikasi dengan Perhutani, untuk melakukan reboisasi,” ungkapnya.

Selain itu, pihaknya juga akan melakukan pengawasan terhadap aktivitas penambangan ilegal yang ada di wilayah Kendeng.

Hal serupa diungkapkan Kalakhar BPBD Pati Martinus Budi Prasetyo. Ia mengungkapkan, hingga Jumat pagi, pengungsian yang masih aktif berada di Masjid Desa Sinomwidodo. Sementara di Desa Godo dan Tanjunganom masyarakat sudah kembali ke kediaman masing-masing.

“Di Sinomwidodo itu pun, ketika kondisi siang hari terang, tidak ada yang stay di masjid. mereka tetap beraktivitas, baru pada malam hari warga kembali jumlah tak banyak. Jumlah kerusakan rumah terdampak yang masuk kerusakan berat sedang ringan, masih didata,” ungkapnya.

Meskipun demikian, pihaknya tetap menyiagakan personel baik dari BPBD Pati atau relawan penanggulangan bencana di wilayah yang membutuhkan bantuan.

Berkaca pada banjir bandang pada Kamis lalu, Budi mengimbau masyarakat di hulu dan hilir aktif berkomunikasi, mengingat hujan diperkirakan masih akan terjadi hingga Februari 2023.

“Masyarakat di aliran sungai harus meningkatkan komunikasi. Warga di hulu supaya berkomunikasi dengan yang ada di hilir ketika ada hujan deras, supaya masyarakat siap-siap. Selain itu, selalu kami sampaikan agar ada tempat tinggi di dalam rumah supaya bisa menaruh barang berharga ketika banjir,” ujarnya.

Pihaknya juga meminta, agar segera dilakukan normalisasi terhadap Sungai Godo. Ini mendesak, karena sedimentasi menyebabkan sungai tak mampu menahan tingginya debit air yang diakibatkan curah hujan.

“Alih fungsi hutan jadi tanaman semusim (diduga) menjadi sebab. Upaya yang bisa dilakukan adalah normalisasi sungai Godo, karena sedimentasi berlebih yang disebabkan kerusakan di catchment area di areal Pegunungan Kendeng. Nah ini merupakan ranah BBWS agar sungai mampu menampung aliran air,” urainya.

Terkait status siaga bencana, Budi mengatakan tengah menyelesaikan draft tersebut. Dalam waktu dekat diharapkan segera selesai dan mendapat persetujuan dari Pj Bupati Pati Henggar Budi Anggoro. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait