SOSOK DOKTER SUNARDI ANAK SEORANG PENGGALI KUBUR

  • 12 Sep
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

 

KENDAL – Mukhamad Sunardi, dokter lulusan Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Senin (11/9) diundang oleh almamaternya, SMAN I Pegandon untuk memberikan motivasi dihadapan ratusan pelajar sekolah setempat. Dia dianggap bisa menjadi inspirator dan motivator bagi adik-adik kelasnya, tempat Sunardi menimba ilmu dibangku SMA.

Kepala Sekolah, Eustasia Christine Martati berharap sosok Sunardi bisa memberi motovasi kepada para siswanya untuk tetap memiliki semangat dan memiliki cita-cita dan menggapai sukses meskipun para siswa yang bersangkutan berasal dari keluarga kurang mampu. “Mukhamad Sunardi berasal dari keluarga kurang mampu, dan kini dia menyandang gelar dokter yang ia peroleh melalui program bidik misi”, ungkapnya.

Saat memberikan motivasi yang bertempat di aula SMA setempat, Sunardi didampingi kedua orang tuanya. Dia mengajak para siswa untuk selalu merasa optimis dan memiliki semangat berjuang yang tinggi, untuk meraih keberhasilan. “Bekali diri kita dengan semangat dan usaha. Bekali diri kita dengan kegiatan dan berpikir positif. Hindari perilaku negatif seperti narkoba dan kenakalan remaja. Juga berbakti kepada kedua orang tua. Karena doa orang tua sangat berperan untuk menggapai sukses”, pesannya.

Sementara itu mantan Kepala Dinas Pendidikan yang kini menjadi Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kendal, Drs Muryono SH, MPd mengatakan sosok Sunardi bisa menjadi inspirasi. Dia memiliki prestasi akademik dan non akademik yang baik. Demikian pula, dia termasuk anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya serta taat beribadat. “Dan yang paling penting untuk diketahui bahwa sukses itu merupakan akumulasi dari prestasi, daya juang dan doa kedua orang tua”, tuturnya.

Sosok Mukhamad Sunardi

Dia adalah anak ke tujuh dari pasangan Moh Zazuli dan Masrofah, lahir pada 22 April 1991. Ayahnya berprofesi sebagai penggali kubur di desanya dan ibunya adalah pedagang makanan gorengan di pasar pegandon. Alamat rumahnya di desa Tegorejo Kecamatan Pegandon. Ia lulus SMAN I Pegandon pada tahun 2009 dan gelar dokternya ia peroleh setelah dia berhasil menamatkan pendidikannya di UGM Yogyakarta, fakultas kedokteran program profesi dokter.

Kini Sunardi bekerja di rumah sakit Bhayangkara POLDA D.I. Yogyakarta sebagai dokter IGD. Dia juga bekerja sebagai asisten bidang publikasi ilmiah di bagian Bedah RSUP DR. Sardjito. Selain itu, pada tiap periode ujian kelulusan dokter (UKMPPD) , ia juga menjadi asisten pengajar untuk bimbingan persiapan menghadapi ujian kelulusan dokter bagi mahasiswa tahap profesi dokter yang telah menyelesaikan tahap profesi (koas).

Untuk kiat belajar, selama masa kuliah Sunardi mengaku membiasakan tidur awal malam, kemudian bangun dini hari untuk belajar lagi. Mencatat juga menjadi bagian penting dari proses belajarnya. “Tipe dan gaya belajar masing-masing orang berbeda-beda, saran dari saya jika masih mengalami kesulitan dalam menentukan bagaimana gaya belajar yang tepat, eksplorasi (mencoba) berbagai macam gaya belajar kemudian pilih dari sekian model, model mana yang membuat dianggap nyaman dan efektif”, katanya.

Sejak sekolah dasar (SD) sudah terbesit untuk bercita-cita menjadi dokter. Tiap ditanya cita-cita, dia sengaja menyembunyikan keinginannya, karena tahu bahwa biaya pendidikan untuk menjadi seorang dokter sangatlah mahal. “Saat SMA saya memahami bahwa untuk dapat melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi, saya harus mencari beasiswa. Jadi, begitu memasuki kelas dua SMA, waktu itu saya membuat daftar berbagai sekolah kedinasan dan daftar pemberi beasiswa”, terang Sunardi pada adik-adik kelasnya.

Akhirnya Sunardi pada tahun 2013 bisa menyelesaikan pendidikannya dan resmi menyandang gelar dokter, melalui program Beasiswa Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada September mendatang, Sunardi akan terbang ke Jepang melanjutkan studi doktoral di Kobe University Japan. ” Saya mendapat beasiswa Monbukagakhuso dari pemerintahan Jepang untuk menempuh pendidikan doktoral. Diperkirakan akan membutuhkan waktu selama empat tahun untuk memperoleh gelar doktor”, jelas Mukhamad Sunardi. ( Kontributor Kendal / heDJ )

Berita Terkait