Tingkatkan Sinergi, Ini Strategi BKKBN dan PKK Jateng Tekan “Stunting”

  • 29 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Pencegahan stunting (anak kerdil) mutlak dilakukan secara keroyokan. Tidak hanya petugas kesehatan dan pemerintah, masyarakat pun punya andil.
Nah, dalam rangka menurunkan angka anak kerdill di Jawa Tengah, BKKBN dan TP-PKK punya langkah sinergis melalui edukasi dan pelatihan kader.
Hal itu terungkap saat bincang virtual Ketua TP-PKK Jateng Atikoh Ganjar Pranowo, dan Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Jateng drg Widwiono. Melalui kanal Instagram Live, keduanya membeberkan strategi menurunkan angka anak stunting, Jumat (29/10/2021).
Atikoh mengungkapkan, penurunan stunting tidak hanya mengurangi angka prevalensi atau jumlah kasus pada suatu populasi. Lebih dari itu, ketika kasus anak kerdil turun, juga membawa pengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia di Jawa Tengah.
“Dengan penurunan dan pencegahan stunting, SDM di Jawa Tengah jadi berkualitas, tingkat produktivitas dan masa depan meningkat. Karena kita menuju generasi emas,” ucapnya.
Atikoh menyebut, ada beberapa strategi yang dilakukan untuk menekan kasus stunting di Jawa Tengah. Pertama, dengan melakukan pendataan secara riil di lapangan. Kedua, memberikan pendampingan kepada keluarga, melalui kader PKK hingga tingkat dasa wisma (10 rumah).
Dikatakan, angka stunting di Jawa Tengah berada sekitar 20 persen. Pada kondisi pandemi, pendataan terhadap angka anak kerdil kurang optimal karena pembatasan kegiatan.
“Kita sudah ada tim pendamping yang dikorelasikan dengan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng untuk mendeteksi ada atau tidak potensi stunting,” urainya.
Lebih lanjut, edukasi terhadap stunting tidak melulu dilakukan pada ibu hamil. Pengetahuan akan kondisi ini, justru penting diberikan pada remaja dan calon pengantin. Sehingga, jika sudah waktunya berkeluarga, individu yang telah memunyai bekal edukasi itu bisa mencegah stunting. Pencegahan stunting juga dikaitkan denganĀ  pemberian edukasi tentang cara menyiapkan gizi pada anak.
“Juga penting ditekankan pola pengasuhan support system dari lingkungan, suami pun berperan. Karena sejak dalam kandungan sampai anak usia dua tahun merupakan periode emas tumbuh kembang anak,” terang Atikoh.
Kepala Perwakilan BKKBN Jateng drg Widwiono mengungkapkan, berdasarkan Perpres 72/2021 penanganan stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab satu sektor. Semua berperan, mulai dari Presiden, Gubernur-Wakil Gubernur, Bupati hingga unsur TP-PKK.
“Kami akan melakukan pelatihan kader pendamping sebanyak 27.931 orang, PKK pun ikut terlibat,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pengelolaan dapur menjadi hal krusial dalam pencegahan stunting.
“Melalui Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) bisa mengatasi stunting. Di Jawa Tengah kami sempat mengunjungi Baby Cafe di Klaten (Desa Pandes), mereka menyediakan makanan bayi, itu bagus sekali,” pungkas Widwiono. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait