Sehat Tak Cukup Dirasakan, Tapi Harus Terukur 

  • 07 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Siapa yang hari ini sehat? Jika mendapat pertanyaan semacam itu, siapa pun yang tengah tidak merasakan gejala penyakit akan menjawab, saya sehat. Namun, apakah mereka benar-benar dalam kondisi sehat?
Penjabat Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo menyampaikan, sehat tak cukup hanya dengan merasakan. Lebih dari itu, kondisi sehat bisa dipastikan jika yang bersangkutan memeriksakannya secara terukur.
Dia menunjuk contoh pemeriksaan tekanan darah, kadar gula dalam darah, kolesterol, dan sebagainya. Termasuk, indeks masa tubuh yang menunjukkan seseorang dalam kategori kurus, normal, overweight, atau bahkan obesitas, yang bisa berisiko terhadap penyakit tidak menular (PTM).
“Semua orang ingin sehat. Tapi, tidak cukup hanya dengan merasakan sehat. Harus diperiksa terukur secara berkala, tensi, gula darah, kolesterol, dan lain-lain. Perilakunya juga harus sehat. Itu yang sulit,” beber Yulianto, saat penutupan Fasilitasi Implementasi Kebijakan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) Tingkat Provinsi, di Balairung Kampus IV UPGRIS, Jalan Gajah Raya, Kamis (7/10/2021).
Diakui, penyakit tidak menular semakin banyak dijumpai, bahkan pada anak muda. Kebanyakan, penyakit itu baru diketahui saat sudah semakin parah, mengingat pada tahap awal biasanya belum menunjukkan gejala berarti, dan penderitanya merasa sehat. Dia menunjuk contoh, hipertensi ringan atau sedang yang biasanya tidak dirasakan gejalanya. Begitu pula dengan diabetes, yang jika tidak diukur juga tidak dirasakan penderitanya.
Padahal, imbuhnya, di masa pandemi Covid-19, PTM termasuk komorbid yang memiliki tingkat fatalitas tinggi. Di Jawa Tengah, dari sekitar 41 ribu orang yang meninggal karena Covid-19, sebanyak 80 persennya penderita penyakit komorbid.
Untuk itu, Yulianto mendorong masyarakat memiliki kesadaran rutin memantau kondisi kesehatannya, agar mengetahui apakah dia memiliki risiko PTM, baik jantung, diabetes, hipertensi, dan lainnya. Salah satunya, melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM, bagi usia produktif, yakni 15-59 tahun.
“Posbindu ini untuk mendeteksi PTM, agar tidak berlanjut, sehingga mencegah kematian atau penyakit berat yang sulit sembuh. Kami menargetkan satu desa/ kelurahan ada satu Posbindu. Tapi kami mendorong setiap RW, atau bahkan RT, memiliki Posbindu, termasuk di kantor, perusahaan, dan sebagainya,” beber Yulianto.
Dia juga mendorong masyarakat agar terus berperilaku sehat, dengan langkah ABCDE. Yakni, aktivitas fisik ditingkatkan, buah dan sayuran diperbanyak, cek kesehatan secara berkala, diet seimbang, serta enyahkan asap rokok. Sehingga masyarakat mencapai usia harapan hidup yang tinggi, dengan tetap produktif.
“Karena kita inginnya masyarakat Jateng sehat, umur panjang, bahagia, sejahtera. Tidak hanya panjang umur, tapi juga produktif,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait