Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Budidayakan Sayuran Organik, KWT Munaroh Raih Omzet Rp30 Juta Setahun
- 05 Sep
- yandip prov jateng
- No Comments

WONOSOBO – Pemberdayaan ekonomi keluarga dapat dilakukan dengan sederhana namun efektif, seperti yang dikerjakan para ibu di dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Munawaroh Dusun Blederan. Terhitung setahun sejak mulai bergerak, KWT Munaroh sukses meraih omzet Rp30 juta, lewat budidaya sayuran organik.
Informasi tersebut disampaikan Wakil Bupati Wonosobo, Muhamad Albar, usai mengawali panen raya sayuran organik di Kampling Sari RT 10 RW 04 Dusun Blederan, Desa Blederan Kecamatan Mojotengah, Jumat (3/9/2021). Menurut Albar, aktivitas positif para ibu di KWT Munawaroh yang memberikan hasil signifikan bagi perekonomian keluarga, layak menjadi rujukan bagi desa-desa lain yang memiliki keinginan serupa.
“KWT Munawaroh juga telah membuka diri bagi setiap kelompok yang ingin belajar. Bahkan, (warga) dari berbagai daerah di Indonesia telah datang langsung untuk belajar menanam sayuran organik. Karena itu, saya ingin desa-desa lain pun tak ragu ngangsu kawruh ke sini,” tutur Albar.
Selain sehat untuk dikonsumsi, dia menilai jenis sayuran yang ditanam secara organik juga memiliki nilai lebih di pasaran bila dibandingkan dengan sayuran nonorganik. Terlebih, saat ini kebutuhan konsumsi jenis makanan-makanan organik bebas pestisida semakin meningkat, seiring standar kebutuhan kesehatan masyarakat yang ingin menjaga diri dan meningkatkan imunitas tubuh.
“Ke depan saya juga meminta agar perangkat daerah terkait, khususnya Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan, turut aktif mendampingi desa-desa yang ingin mengembangkan potensi lahan untuk pertanian organik, seperti di Blederan ini,” tandas Albar.
Ia juga berharap, pertanian jenis organik ini mampu menarik minat kaum milenial untuk turut mengembangkannya secara lebih modern, dengan memanfaatkan teknologi informasi, hingga pada tahap pemasarannya. Dengan begitu, para petani sayutan organik dapat memperluas pangsa pasarnya.
“Mencari petani, terlebih di kalangan kaum muda di bawah 40 tahun yang bersedia menekuni lahan pertanian, saat ini sudah sangat sulit. Maka dengan adanya pertanian organik semacam ini, kita lebih optimistis, ke depan banyak anak-anak muda yang bersedia terlibat di dalamnya secara serius,” tandasnya.
Ketua KWT Munawaroh, Umi Khadijah, mengemukakan, kelompok yang didirikan pada 2016 tersebut berfokus pada budidaya sayuran organik, untuk mengakomodasi hampir 70 persen populasi warga desanya yang tidak memiliki lahan sawah untuk bertani. Dengan model tanam susun di rak-rak bambu, pertanian organik mampu tumbuh subur di sekitar rumah, meski pekarangan tidak seberapa luas.
“Saat ini kebutuhan kami, selain terus memperluas pasar agar sayuran produk Blederan ini bisa terserap lebih banyak, adalah bantuan untuk kelangsungan sarana pendukung. Seperti, rak display (rak pamer) yang lebih kuat dan bagus karena kalau menggunakan bambu seperti ini mudah lapuk,” ungkap Umi.
Pihak KWT Munawaroh, imbuhnya, juga masih terus berupaya untuk memenuhi pesanan para pelanggan dari kalangan aparatur sipil negara (ASN) Pemkab Wonosobo.
“Harapan kami, ke depan akan semakin banyak lagi kalangan pemerintah daerah yang berlangganan sayur produksi KWT Munawaroh, sehingga perputaran omzet dan kelangsungan pertanian organik di Desa wisata Sayur Organik Blederan juga terus terjaga,” tandasnya.
Penulis: Danang Hari Purnomo, Diskominfo Wonosobo
Editor: Tn/Ul, Diskominfo Jateng