Prokes 5M Tak Cukup Dihafal, Butuh Konsistensi Penerapannya

  • 23 Jun
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Protokol kesehatan (prokes) pencegahan penyebaran Covid-19 dengan 5M, hampir pasti sudah diketahui masyarakat, bahkan anak-anak pun hafal. Namun, tak cukup dihafal, butuh konsistensi implementasi prokes 5M dari seluruh warga, terlebih saat ini kasus Covid-19 tengah melonjak.
Hal itu ditegaskan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, saat membuka Webinar tentang Peningkatan Kapasitas Kader PKK bertema “Pola Asuh Anak”, Rabu (23/6/2021). Diakui, pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih dari satu tahun, membuat masyarakat mulai bosan. Namun, protokol kesehatan mesti dipatuhi agar dapat memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.
Dia mengingatkan, klaster keluarga masih mendominasi kasus terkonfirmasi Covid-19. Karenanya, perlu komunikasi yang baik dengan keluarga, supaya masing-masing tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, dengan 5M, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menghindari kerumunan, menjaga jarak, dan membatasi mobilitas.
“Lindungi diri dan keluarga. Mungkin ada yang bilang, ada tamu masak tidak diterima. Tapi, protokol kesehatan tetap dikedepankan,” tegas Atikoh.
Klaster lain yang mesti diwaspadai, imbuhnya, adalah klaster rumah makan atau warung. Sebab, jika makan di tempat, tidak mungkin tidak pakai masker. Kalau masker dibuka, pasti ada droplet. Kemudian, makanan yang di meja juga tidak tahu tadi dipegang siapa saja.
“Ekonomi harus bergerak, tapi penjual harus diedukasi. Kalau tidak pakai masker, tidak usah dibeli,” ungkapnya.
Atikoh juga mengingatkan risiko penyebaran Covid-19 pada acara hajatan dan takziah, yang mengundang kerumunan orang. Untuk hajatan, menurutnya, saat ini sudah banyak modifikasi pernikahan yang bisa meminimalkan kerumunan. Seperti,  dengan layanan seperti drive thru, di mana makanan disajikan dalam bentuk nasi boks yang dibawa pulang. Hindari foto bersama yang membuka masker. Jadi, silaturahmi berjalan, tapi tetap memperhatikan protokol kesehatan.
“Semua masyarakat berperan aktif memutus rantai penularan Covid-19. Jangan sampai merasa sudah divaksin,  trus jadi sedikit kurang aware,” sorot Atikoh.
Terkait pola asuh anak, menurutnya, saat ini masa terbaik untuk mendekatkan hubungan antara anggota keluarga. Komunikasi yang kuat akan membentuk ketahanan keluarga, sehingga dapat menangkal berbagai gempuran dari luar, termasuk menghindarkan dari masuknya faham radikalisme, mencegah kekerasan, bullying, dan sebagainya.
Atikoh membeberkan beberapa tips yang bisa dilakukan. Antara lain, mengajak anak untuk melakukan aksi sosial, sehingga muncul kepedulian dan empati kepada sesama. Kemudian meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya kebersamaan dan persatuan, yang diwujudkan dalam kehidupan keluarga yang damai dan nyaman. Termasuk, bagaimana menggunakan teknologi informasi dengan bijak.
“Friksi antaranggota keluarga pasti ada. Tapi bagaimana mengajarkan anak untuk problem solving. Gandeng anggota keluarga untuk pengambilan keputusan. Beri rasa nyaman dalam rumah. Tentunya, bapak/ibu harus bahagia, sehat, dan kuat dulu,” terangnya.
Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua I TP PKK Jateng Nawal Arafah Yasin. Menurutnya, radikalisme perlu ditangkal sejak dini, mulai dari pola asuh di keluarga. Hindari pemahaman agama yang keliru, agar tidak keliru dalam menafsirkannya. Karena semua agama mengajarkan perdamaian. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait