TP PKK dan Kader Diharap Jadi Konselor Awam, Atikoh : Tapi Jangan “Ember”

  • 24 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Tim Penggerak PKK dan kader diharapkan bisa menjadi konselor awam bagi keluarga, maupun masyarakat di sekitarnya. Karenanya, TP PKK Provinsi Jawa Tengah menggelar Pelatihan Konseling bagi TP PKK Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah Tahun 2022, secara daring, Rabu (24/8/2022).

Ketua TP PKK Jateng Atikoh Ganjar Pranowo menyampaikan, di era sekarang ini, ada sejumlah perubahan dalam bermasyarakat. Mulai dari pola asuh orang tua, perkembangan zaman dengan teknologi yang semakin maju, yang membuat batas antarwilayah, bahkan negara, menjadi sangat tipis, yang berdampak terhadap kehidupan keluarga dan anak-anak.

Tak hanya itu, imbuhnya, pergeseran kultur, pemahaman keagamaan yang berbeda, juga mempengaruhi perilaku masyarakat. Termasuk, perubahan pola yang awalnya sederhana dan produktif, berubah menjadi konsumtif. Belum lagi gaya hidup yang berubah, mulai fesyen, perawatan kulit, dan sebagainya.

“Pergeseran semacam ini perlu diantisipasi bersama, agar teknologi dan perkembangan zaman bisa mengarah positif. Kemudian perubahan struktur keluarga, yang semula keluarga itu diasumsikan extended family, sekarang menjadi keluarga inti. Bahkan ada kakak adik yang tidak akrab, yang satu extrovert yang satunya introvert, dan tidak ada yang menjembatani, sehingga seolah-olah asing. Ada gap ortu dan anak, yang artinya individualismenya tinggi,” beber Atikoh.

Melalui pelatihan konseling tersebut, katanya, diharapkan TP PKK dan kader bisa menjadi konselor awam. Jika nantinya ada masyarakat atau keluarga yang membutuhkan konseling, setidaknya mereka bisa mengidentifikasi dengan mencatat. Untuk rekomendasinya, tetap harus dikonsultasikan dengan para profesional. Makanya, TP PKK dan kadernya mesti tahu batasan dalam melakukan pendampingan.

Seberapa penting konseling dalam mengatasi permasalahan keluarga? Atikoh menegaskan, konseling sangat penting. Setidaknya, ada tempat curhat (curahan hati), meskipun curhat berbeda dengan konseling, di mana konseling tidak boleh ada bias. Namun, terkadang orang butuh tempat untuk bercerita dan didengarkan.

“Nanti yang penting, kader itu kalau sudah mendapat pelatihan konseling seperti ini, mereka nggak boleh bias. Tidak boleh ada judgement, penghakiman, pokoknya seolah-olah mereka menjadi cermin dari orang yang konseling,” sorotnya.

Tidak kalah pentingnya, tutur Atikoh, kader mesti bisa menjaga kerahasiaan orang yang berkonsultasi. Mereka tidak boleh menceritakan kepada warga lain, mengenai persoalan yang disampaikan kepadanya itu.

“Dan yang perlu pula digarisbawahi adalah dari sisi confidential, kerahasiaan. Jangan malah jadi ‘ember’ ya, jadi ‘ember’ terus dikasih tahu ke orang-orang, itu keluarga A lagi ada masalah seperti ini, anaknya seperti ini. Tentu kita harus menjaga rahasia sebaik-baiknya. Sehingga nanti akan bisa efektif. Kalau nggak kan malah jadi gosip. Tetapi harus bisa memosisikan itu, harus keep bener-bener, rahasianya itu aman,” tegasnya.

Sementara, Wakil Ketua I TP PKK Jateng Nawal Arafah Yasin menambahkan, melalui pelatihan konseling, kader PKK bisa memberikan edukasi dan membimbing dalam menghadapi dalam persoalan keluarga dan lingkungan rumah tangga. Termasuk, mendampingi keluarga yang menghadapi permasalahan pola asuh anak dan remaja. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait