Terapkan Bioflok, Peternak Ikan Raup Rp 10 Juta/ Bulan

  • 24 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Banjarnegara – Budidaya ikan dengan cara konvensional sudah bisa memberikan keuntungan bagi peternaknya. Tapi bagaimana jika menggunakan budidaya dengan sistem bioflok?

Budidaya ikan menggunakan sistem bioflok yang dikembangkan di Desa Gumiwang, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, ternyata tidak hanya meningkatkan produktivitas ikan. Namun juga mendongkrak ekonomi warga.

Penerapan bioflok menjadi pilihan peternak ikan air tawar di daerah Purwanegara dan sekitarnya, karena sistem tersebut mempunyai kelebihan dibanding sistem konvensional. Bioflok merupakan sistem pemeliharaan ikan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengolah limbah budidaya itu sendiri menjadi gumpalan-gumpalan kecil (floc) yang bermanfaat sebagai makanan alami ikan.

Peternak ikan, Tusmino mengatakan, dari 20 unit kolam bioflok yang diisi larva ikan nila mampu menghasilkan pendapatan kotor sekitar Rp 17 juta per bulan. Setelah dipotong pengeluaran untuk karyawan dan lainnya, anggota Kelompok Mina Dadi Rejeki itu bisa mengantongi keuntungan bersih Rp 10 juta per bulan.

“Sejak tahun 2011 saya budidaya ikan nila dengan sistem bioflok. Biasanya dari 30-59 ribu ekor larva nila yang saya sebar, saya panen setelah usia dua bulan,” ujarnya di sela-sela kunjungan Gubernur Ganjar Pranowo SH MIP di area budidaya ikan dengan sistem bioflok di Desa Gumiwang, Kecamatan Purwanegara, Kamis (24/8).

Keuntungan menggiurkan juga dirasakan Harso Prayitno. Pengelola kolam sistem bioflok di Desa Gumiwang itu sebulan lalu memanen bibit ikan nila yang disebar di salah satu kolam bioflok miliknya. Dari hasil penjualan bibit ikan nila berumur dua bulan, Harso mendapatkan keuntungan Rp 4 juta.

Ketua Kelompok Tani Mina Dadi Rejeki, Udiono menjelaskan, budidaya ikan dengan sistem bioflok tidak hanya di Desa Gumiwang, melainkan telah dikembangkan di beberapa kecamatan tetangga. Sistem itu diminati warga karena cocok ditetapkan di perkotaan maupun pegunungan, lebih hemat air, pemeliharaan mudah, dan hasil panen memuaskan.

Terkait pemasaran, kata dia, selama ini pembeli datang langsung ke lokasi kolam. Tidak hanya dari berbagai kota di Jawa Tengah, pembeli dari luar pulau seperti Sumatera juga kerap datang ke Gumiwang untuk membeli benih ikan nila, gurami, dan jenis ikan lainnya.

“Tapi kami terkendala sistem pengaliran dari sumber air ke kolam. Kami berharap ada bantuan dari pemerintah provinsi atau kabupaten untuk membuat saluran air di kawasan Kampung Nila ini,” pinta Udiono.

Ia menyebutkan, tidak jauh dari area budidaya ikan dengan sistem bioflok atau kawasan “Kampung Nila” terdapat saluran irigasi yang airnya bisa dialirkan ke kolam. Untuk pembuatan saluran air tersebut membutuhkan pipa sepanjang sekitar 800 meter.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo mengapresiasi upaya warga mengembangkan budidaya ikan dengan suatem bioflok di Gumiwang dan sekitarnya. Bisnis pemijahan dan pembenihan ikan nila dapat meningkatkan pendapatan warga sekitar dengan memanfaatkan lahan yang ada untuk budidaya ikan menggunakan sistem bioflok.

“Untuk pembuatan saluran air menggunakan pipa, kami akan berkoordinasi dengan pemkab supaya bisa merealisasikannya. Budidaya ikan dengan sistem ini sangat menjanjikan dan hasilnya ternyata luar biasa,” katanya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait