Soal Pemaksaan Pakai Jilbab di Sragen, Ganjar Akan Persuasi Siswa

  • 09 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Kasus teror yang dialami Z, salah satu siswi SMAN 1 Gemolong Kabupaten Sragen karena tidak memakai jilbab, menjadi perhatian serius Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ganjar meminta semua pihak saling menghormati.

Hal itu disampaikan Ganjar melalui akun twitternya, @ganjarpranowo. Dalam akun tersebut, dia mengatakan akan mengedepankan persuasi, dengan cara mengajak bicara siswa, guru dan orang tua siswa terkait hal itu.

“Banyak yang tanya kepada saya soal teror WA ke siswi tak berjilbab di SMAN 1 Gemolong Sragen. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan besok pagi akan klarifikasi ke sekolah. Mari kita hormati dan saling belajar dengan baik, tidak memaksa apalagi meneror. Saya akan ajak bicara siswa, guru dan ortu,” cuit Ganjar.

Cuitan tersebut mendapat respon dari berbagai kalangan. Beberapa warganet mendukung langkah Ganjar untuk menyelesaikan persoalan itu secara persuasif.

“Setuju Pak Gub, kedepankan persuasi. Masih anak-anak masih bisa diarahkan. Tapi yang menjadi perhatian kenapa siswa-siswa ini bisa punya pemikiran seperti itu, siapa yang menginput pemikiran seperti itu. Gurukah atau ada pembimbing dari luar sekolah yang jadi virus tidak baik. Semoga bisa ditelusuri,” balas akun @jatengpedia.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Jumeri mengatakan, sejak kasus itu mencuat di media sosial pada Rabu (8/1/2020), dia langsung menerjunkan tim ke lokasi. Sampai saat ini, pihaknya masih terus melakukan pendalaman di lapangan.

“Saat ini saya juga sudah berada di Sragen.  Kemarin tim sudah turun ke lapangan dan melakukan berbagai tindakan. Alhamdulillah, kasus ini sudah selesai. Semua pihak sudah memberikan penjelasan, dan Z juga sudah menerima. Hari ini dia sekolah seperti biasa,” kata Jumeri saat dikonfirmasi, Kamis (9/1/2020).

Jumeri menerangkan, setelah diklarifikasi, pihaknya menemukan keterangan jika yang mengirim pesan teror melalui Whatsapp kepada Z adalah teman Z sendiri. Teror itu bukan dikirim oleh guru, pembina rohis atau kepala sekolah, melainkan teman sebayanya.

“Z adalah satu-satunya siswi di SMAN 1 Gemolong yang tidak menggunakan jilbab. Kemudian teman-temannya mengirim pesan melalui WA itu. Teman-temannya mengingatkan bahwa Z keliru karena tidak memakai jilbab,” terang Jumeri.

Meski begitu, Jumeri menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh teman-teman Z adalah tindakan intimidasi dan intoleransi. Untuk itu, pihaknya akan melakukan pembinaan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.

“Besok pagi saya akan mengumpulkan seluruh siswa, kepala sekolah, guru, pembina rohis dan pengurus OSIS SMAN 1 Gemolong, untuk memberikan pengarahan dan pembinaan. Kami tidak ingin ke depan masalah intoleransi ini kembali terjadi. Semuanya harus saling menghormati dan menghargai perbedaan,” tandas Jumeri.

Tak hanya itu, pihaknya juga akan mengumpulkan pengurus Rohis se-Kabupaten Sragen untuk melakukan pembinaan. Tujuannya, agar kasus intoleransi dan intimidasi di antara siswa tidak kembali terulang.

“Kami sebenarnya sudah melakukan ikhtiar di Sragen luar biasa. Semua guru sudah dikumpulkan oleh PGRI untuk diberi pemahaman. Kemenag, polres, korem dan lainnya juga tidak lelah untuk memberikan pengertian tentang toleransi, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan Pancasila. Kami akan terus berusaha agar tindakan-tindakan intoleransi tidak terjadi lagi di Jawa Tengah,” pungkas Jumeri. (Humas Jateng)

 

Berita Terkait