Serunya Persiapan Peserta Lomba Kuali Ambyar Sajikan Soto Sokaraja Terenak

  • 13 May
  • bidang ikp
  • No Comments

BANYUMAS – Wynne Frederica Dico tampak semangat mengikuti Kuali Ambyar, Lomba Memasak Soto Sokaraja, yang digelar di GOR Satria Banyumas, Sabtu (12/5/2023). Terlebih, soto Sokaraja menjadi makanan kesukaannya.
Sehari sebelum lomba, artis yang sekarang sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kendal ini bahkan seharian tiga kali makan sroto, sebutan soto Sokaraja. Sebelumnya juga dia sempat berlatih pada malam hari, mengingat kesibukan yang dilakoni setiap hari.
Bismillah siap. Kemarin selama di Purwokerto, sehari makan tiga kali sroto. Memang aku suka banget dan kebetulan salah satu jago sroto itu sepupu aku. Ini salah satu makanan favorit aku. Seneng banget bisa lomba masak sroto,” ungkapnya, di sela-sela lomba.
Ya, lomba kali itu memang istimewa. Pasalnya, sebagian besar pesertanya adalah istri kepala daerah di Jawa Tengah.
Namun, hal itu tak mengurangi semangat Shofiati Subuh, Ketua Pokja III TP PKK Brebes. Dia mendadak menggantikan Plt Ketua karena tengah berduka cita.
Ditemani partnernya Rose Kusuma Ningrum, keduanya bersinergi menciptakan rasa Soto Sokaraja. Merekai menyiapkan tiga mangkuk soto dengan toping atau taburan. Yaitu soto dengan taburan daging ayam, soto dengan taburan daging sapi, dan soto taburan daging blengong.
“Khasnya Banyumas itu kan ada soto daging,  sama soto ayam. Berhubung kami dari Brebes. Brebes itu terkenal dengan daging blengong.  Olahan blengong itu perkawinan bebek dan mentok. Saya padukan itu. Saya bikin tiga topping. Di mangkuk itu ada daging (sapi),  ayam dan blengong,” kata Shofiati, di lokasi acara lomba.
Soto khas Banyumas itu disajikan dengan sambal kacang, serta remahan kerupuk dengan isian daging ayam, sapi, dan suun. Bagi penggemar makanan soto, Shofiati meyakini jika racikannya telah menyerupai Soto Sokaraja. Alhasil, tim ini benar-benar membuat juri memutuskan menjadi juara lomba.
“Alhamdulillah juri senang dengan masakan saya,” ucapnya terharu.
Tim PKK Brebes ini berhasil meraih prestasi membanggakan di even yang diikuti kota dan kabupaten se-Jateng itu.  Dia merasa senang atas capaian yang tak mudah diraih tersebut.
Oleh karenanya, baik Shofiati maupun Rose mempersembahkan prestasi untuk TP PKK Brebes dan menyerahkan sepenuhnya pengelolaan hadiah berupa uang tunai Rp 5 juta itu.
“Rencana hadiah ke depannya untuk PKK. Karena kita mewakili dari PKK Kabupaten Brebes. Nanti terserah untuk kabupaten untuk dimanfaatkan untuk apa. Yang jelas untuk kemajuan PKK Brebes. Saya dari Pokja 3 mungkin bisa dimanfaatkan untuk lebih kita sering ikut event-event. Tapi nggih semua tergantung anggota,” ujarnya.
Pada lomba memasak itu, Juara I diraih TP PKK Kabupaten Brebes,  Juara II TP PKK Kabupaten Batang, dan Juara III TP PKK Kabupaten Jepara.
Wakil Ketua II TP PKK Jateng Indah Sumarno tak menyangka jika event lomba memasak Soto Sokaraja akan seseru ini. Bahkan, juri sempat kewalahan menentukan siapa juaranya.
“Juri kesulitan menentukan juara. Keyword-nya adalah menyajikan Soto Sokaraja meski dari daerah berbeda,” kata Indah
Yang menarik dari lomba ini, jelasnya, hari itu seluruh ketua TP PKK di kabupaten/ kota di Jateng jadi koki dadakan.
“Ini sangat menarik. Intinya kita bisa bersinergi, bisa beradaptasi dengan perubahan dan mendukung semua perubahan pemerintah dalam rangka pertumbuhan ekonomi di Jateng,” ucapnya.
Juri lomba, Chef Irawan dari Elsotel Purwokerto menjelaskan, kriteria penilaian meliputi rasa, tampilan, kebersihan, dan bahan. Namun, meski bahan yang dipakai bermacam-macam, seperti daging sapi dan ayam, namun cita rasa kuah menjadi poin penting dalam penilaian.
“Rasa soto dipengaruhi daerah. Masing-masing punya basic sendiri-sendiri. Tidak ada yang salah. Yang dilombakan sroto Sokaraja. Semua enak, tapi kami mencari yang rasanya menyerupai,” terangnya.
Sementara, Ketua TP PKK Banyumas Erna Husein yang juga menjadi juri menambahkan, khasnya sroto adalah kuah jernih bening, tidak pakai santan, pakai ketupat. Bumbunya menggunakan kacang, yang jika dicampur akan menjadi keruh. Untuk kaldu, bisa menggunakan daging sapi atau ayam, dengan pelengkap kerupuk warna warni dan kecambah.
Ketika ditanya, apakah dia yakin seluruh peserta bisa memasak sroto seperti aslinya?
“Nggak yakin. Karena sroto Sokaraja tidak sama. Rasa (soto) mereka tidak sama dengan Banyumas, karena mungkin mereka lebih suka manis, lebih suka manis,” ungkapnya.
Kendati begitu, menurut Erna, yang lebih penting dari penyelenggaraan lomba itu adalah bagaimana para Ketua TP PKK kabupaten/ kota dapat menyajikan keluarganya.
“Karena selama ini sibuknya luar biasa. Jangankan soto dengan banyak bumbu, untuk masak telur dadar mungkin tidak semuanya ada waktu. Ini juga untuk mencegah stunting.karena ada daging ayam, sapi,” tandas Erna. (Ak/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait